INISUMEDANG.COM – Sebagian pertanian saat ini mulai bergeser dari pertanian konvensional ke arah pertanian organik dan regeneratif yang mengandalkan lebih banyak servis dari lingkungan.
Hal ini dipercepat dengan kesulitan petani untuk mendapatkan pupuk sebagai salah satu komponen penting dari produksi pertanian. Sebagian besar petani Indonesia telah memahami konsep dasar dari pembuatan pupuk organik menggunakan proses transformasi limbah organik rumah tangga maupun pertanian.
Melalui kegiatan riset dan pengembangan, proses pembuatan pupuk organik saat ini telah mengalami perkembangan pesat yang meningkatkan efisiensi proses produksi pupuk organik.
Atas hal itu, peran Universitas sebagai pusat dari pengembangan sains dan teknologi pertanian memiliki kewajiban untuk melakukan proses transfer pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan kompetensi dari petani.
Oleh karena itu, dosen dari SITH ITB dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung berkolaborasi untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam pemanfaatan teknologi hayati dan pertanian pada proses produksi pupuk organik menggunakan bahan baku lokal.
Ketua Tim Pelaksana, Ramadhani Eka Putra S.Si M.Si PhD mengatakan kegiatan ini mendapatkan pendanaan dari program hibah kompetitif Jawa Barat 2023 dan bekerja sama dengan Dinas Hortikultura Jawa Barat dengan judul Penerapan Teknologi Budidaya dan Managemen Usaha Pertanian. Dengan tema Pemanfaatan Teknologi Hayati, Regenerative Farming, Pasca Panen, dan Digitalisasi Berbasis Sumber Daya Lokal Bagi Pengembangan Ekonomi Hijau Berbasis Sistem Pertanian Mandiri Berkesinambungan.
“Target dari kegiatan ini adalah petani dapat secara mandiri melakukan implementasi pengetahuan dan membuat sarana prasarana dari hal yang telah mereka pelajari dalam pelatihan. Pada pelatihan dan pendampingan ini, tim UIN Sunan Gunung Djati Bandung terfokus pada peningkatan kompetensi kelompok wanita tani dengan diseminasi teknologi pembuatan pupuk sederhana dari limbah rumah tangga, metoda yang dikembangkan petani Korea dan Jepang dalam pembuatan pupuk hayati kaya bakteri, dan proses transformasi sisa residu pengolahan limbah organik menggunakan larva lalat tentara hitam sebagai pupuk,” ujarnya.
Tim dari Insitut Teknologi Bandung memberikan diseminasi terkait dengan pengembangan desain komposter baru serta mesin compost tumbler bertenaga manusia. Hasil dari pelatihan dan pendampingan ini meningkatkan kemampuan kelompok wanita tani dalam menghasilkan pupuk organik cair dan pupuk kalsium pengganti kapur pertanian.
“Kompetensi tambahan ini dapat menjadi pengetahuan signifikan dalam peningkatan keberlanjutan program pertanian rumah tangga. Sementara itu kelompok pemuda tani Rancakalong telah mampu untuk memproduksi instalasi compost tumbler dan perbaikan pada komposter limbah organik. Teknologi tepat guna ini dapat berperan dalam meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan dari proses transisi pertanian konvensional menjadi pertanian organik dan regeneratif yang menjadi salah satu target dari kelompok pemuda tani bagi sistem pertanian mereka,” tandasnya.