INISUMEDANG.COM – Kelompok Keahlian/Keilmuan Teknologi Kehutanan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (KK-TK SITH ITB) mengajak petani di sekitar kawasan Hutan Pendidikan Gunung Geulis ITB, khususnya di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang untuk mengolah bambu menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai jual tinggi.
Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PM) skema Top-down KK Teknologi Kehutanan SITH ITB yang diketuai oleh Dr. Ir. Sutrisno, M.Si., IPU dengan anggota Eka Mulya Alamsyah Ph.D dan Dr. Yoyo Suhaya telah memberikan pelatihan lanjutan teknik pembuatan bambu lamina dan produk turunannya kepada petani di sekitar hutan pendidikan Gunung Geulis ITB pada 6 November 2021 bertempat di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Kegiatan pelatihan dibuka oleh Ketua KK Teknologi Kehutanan SITH ITB, Eka Mulya Alamsyah, Ph.D. Dalam sambutannya, mewakili Dekan SITH ITB beliau menyampaikan bahwa kegiatan PM merupakan salah satu kewajiban bagi setiap dosen dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi. Selain itu, kegiatan PM yang dilaksanakan oleh KK Teknologi Kehutanan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di bidang budidaya bambu dan teknik pengolahan bambu agar bernilai ekonomi tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
“Ya, ada dua materi yang disampaikan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, pertama terkait dengan teknik pembibitan bambu oleh Dr. Sopandi Sunarya, kedua terkait dengan teknik pembuatan bambu lamina dan produk turunannya oleh Dr. Yoyo Suhaya. Terkait dengan budidaya bambu, melalui kegiatan PM ini masyarakat diajak untuk memahami bagaimana teknik pembibitan bambu dengan menggunakan teknologi yang tepat agar diperoleh hasil yang maksimal. Walaupun mungkin selama ini mereka sudah terbiasa menanam bambu, tapi kan mungkin ada teknologi yang selama ini belum mereka ketahui”, kata Sutrisno usai acara pelatihan yang diikuti oleh perwakilan petani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Petani Gunung Geulis.
Selanjutnya terkait dengan pengolahan bambu, menurutnya, selama ini masyarakat menggunakan bambu secara konvensional, artinya bambu dipanen kemudian langsung digunakan sebagai bahan bangunan atau keperluan lainnya, tanpa diolah terlebih dulu. Dengan pelatihan ini, masyarakat diajak mengolah bambu menjadi produk bambu lamina kemudian diolah kembali menjadi berbagai macam produk turunannya untuk memenuhi berbagai keperluan rumah tangga seperti meja, kursi, souvenir, peralatan dapur dan produk lainnya yang nilai ekonominya lebih tinggi karena penampilannya lebih menarik dan kekuatannya juga lebih tinggi.
“Selain penampilannya lebih menarik, melalui teknologi bambu lamina juga dimungkinkan untuk meningkatkan kekuatan produknya, sehingga diharapkan bisa menggantikan fungsi dari kayu solid yang berasal dari hutan alam yang harganya semakin mahal karena produksinya semakin menurun. Dengan demikian melalui pelatihan ini masyarakat juga diajak turut menjaga kelestarian hutan,” ujarnya.