INISUMEDANG.COM – Kelompok Keilmuan Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk (ATB) Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB menggelar praktek Budidaya Lebah tanpa Sengat untuk meningkatkan produktivitas kebun kopi kepada para petani di sekitaran hutan Gunung Geulis Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Sabtu (18/12).
Sebelumnya, para dosen yang terdiri dari Ketua Pelaksana Acara, Khalilan Lambangsari S.T, M.Si, anggota, Ahim Ruswandi S.P, MP, dan Ujang Dinar SP MP serta Ir Yayat Hidayat M.Si menggelar pelatihan (teori) kepada 35 peserta dari berbagai kelompok tani di Jatinangor pada Sabtu (13/11).
Menurut ketua acara, Khalilan Lambangsari ST M.Si kegiatan itu kelanjutan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) yang digelar sebulan lalu. Jika dulu dikenalkan mengenai teori budidaya lebah tanpa sengat, sekarang lebih ke prakteknya. Bagaimana membuat koloni lebah baru dari pohon Bambu ke setup (kotak kayu) agar menghasilkan madu, propolis, dan bee pollen yang banyak.
Menurut Khalilan, madu tanpa sengat harga jualnya lebih mahal dari madu biasa. Dalam 250 mili liter bisa dijual Rp150 sampai Rp200 ribu. Jika satu setup bisa menghasilkan rata-rata 1 sampai 7 liter, maka keuntungan bagi petani pun akan meningkat disamping pendapatan dari hasil tani kopi.
Satu setup, lanjut Khalilan, jika dijual ke pasaran dikisaran harga Rp1.5 juta. Bahkan, ada wisata sedot madu, satu setup itu bisa dihisap madunya untuk 4 sampai 5 orang, dengan harga satu setup (kotak kayu) senilai Rp1.5 juta. Bekasnya, setup tersebut bisa digunakan kembali untuk sarang lebah madu tanpa sengat.
“Sebenarnya ini salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dikelola oleh sekolah ilmu dan teknologi hayati (SITH) ITB. Tapi memang pengerjaannya ditugaskan ke masing-masing kelompok keahlian untuk memberikan pelatihan sesuai dengan keahlian dari tiap kelompoknya.
“Nah dari kelompok Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk ini kami melakukan pelatihan menggunakan lebah tanpa sengat untuk bisa membantu meningkatkan produktivitas perkebunan kopi yang ada di Gunung Geulis. Jadi memang akan banyak kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Gunung Geulis ini karena memang KHDTK (Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus) hutan pendidikan,” ujarnya.
Keuntungan pelatihan lebah tanpa sengat ini selain bisa meningkatkan produktivitas kopi yang telah ditanam petani bersama kelompok lain, juga manfaat madu, propolis, dan bee pollen yang bisa dihasilkan dari lebah madu tersebut. Sehingga, akan banyak dirasakan manfaatnya oleh para petani dan bisa menghasilkan pendapatan tambahan selain dari sektor pertanian.
Ahim Ruswandi S.P, M.P menambahkan, kelebihan madu tanpa sengat yakni adaptif, hasil lebih melimpah dengan harga jauh lebih mahal dari lebah sengat biasa. Pemeliharaannya juga lebih mudah. Makanan lebah sendiri, dari alam vegatasi yang tentu saja bisa menghasilkan madu, propolis, dan bee pollen.
“Tanaman bergetah menghasilkan propolis, bee pollen dihasilkan dari tanaman serbuk sari bunga-bungaan. Bee pollen sendiri makanan untuk lebah, kalau manusia untuk obat, dan daya tahan tubuh, rasanya seperti roti,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Ahim, untuk masa panen, yaitu pemindahan koloni dari sarang bambu ke setup dapat dilakukan setelah bulan ke 3 hingga ke 4. Dengan rata-rata satu setup bisa menghasilkan 1 sampai 7 liter madu tergantung suplai makanannya. Selain dari madu, yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual yakni dari propolis dan bee pollen. Bahkan, harganya lebih mahal dari madu jika diolah dan dikemas.
“Untuk kegiatan praktek ini, kami memberikan 10 setup (kotak kayu) yang sudah berisi lebah dan ratunya. Bahkan, kami juga memberikan AMP dan tanaman bunga untuk makanan lebahnya. Teknis pemeliharaannya ini saya serahkan ke Ketua Forum Komunikasi Petani Gunung Geulis Desa Jatiroke, Pak Saepudin, untuk dikelola dan nanti akan dipantau sampai masa panennya,” ujarnya.