INISUMEDANG.COM – Kelompok Keilmuan Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk (ATB) Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB menggelar Pelatihan Pengunaan Lebah tanpa Sengat untuk meningkatkan produktivitas kebun kopi kepada para petani di sekitaran hutan Gunung Geulis Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Sabtu (13/11).
Kegiatan pelatihan yang diikuti sekitar 35 peserta dari berbagai kelompok tani di Jatinangor tersebut turut dihadiri juga aparat Desa Jatiroke, komunitas lebah madu, dan narasumber yang diketuai Ketua Pelaksana Acara, Khalilan Lambangsari S.T, M.Si, anggota, Ahim Ruswandi S.P, MP, dan Ujang Dinar SP MP.
Menurut ketua acara, Khalilan Lambangsari ST M.Si kegiatan itu sebenarnya salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dikelola oleh Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Tapi memang pengerjaannya ditugaskan ke masing-masing kelompok keahlian untuk memberikan pelatihan sesuai dengan keahlian dari tiap kelompoknya.
“Nah dari kelompok Agroteknologi dan teknologi bioproduk ini kami melakukan pelatihan menggunakan lebah tanpa sengat untuk bisa membantu meningkatkan produktivitas perkebunan kopi yang ada di Gunung Geulis. Jadi memang akan banyak kegiatan pengabdian masyarakat di daerah Gunung Geulis ini karena memang KHDTK (Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus) hutan pendidikan,” ujarnya.
Keuntungan pelatihan lebah tanpa sengat ini selain bisa meningkatkan produktivitas kopi yang telah ditanam petani bersama kelompok lain, juga manfaat madu, propolis dan bee pollen yang bisa dihasilkan dari lebah madu tersebut. Sehingga, akan banyak dirasakan manfaatnya oleh para petani dan bisa menghasilkan pendapatan tambahan selain dari sektor pertanian.
“Rencananya ada dua kegiatan, hari ini untuk sekedar pengenalan dulu penyampaian materinya. Kegiatan kedua kira-kira di awal Desember Kami ingin membawa contoh lebah tanpa sengatnya termasuk kandang lebahnya dan memberikan pelatihan kepada petani nya,” ujarnya.
Ahim Ruswandi S.P, M.P menambahkan, kelebihan madu tanpa sengat yakni adaptif, hasil lebih melimpah dengan harga jualjauh lebih mahal dari madu yang dihasilkan lebah sengat biasa. Pemeliharaannya juga lebih mudah. Makanan lebah sendiri, dari alam vegatasi yang tentu saja bisa menghasilkan Madu, propolis bee pollen.
“Tanaman bergetah menghasilkan propolis, bee pollen dihasilkan dari tanaman serbuk sari bunga bungaan. Bee pollen sendiri aslinya makanan untuk lebah, namun bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat dan daya tahan tubuh, rasanya seperti roti,” ujarnya.
Nantinya, lanjut Ahim akan ada pelatihan dari aspek kultur budidaya, sekalian memberikan bantuan berupa lebah termasuk kandangnya (setupnya) dan tanamannya berupa Air Mata Pengantin sudah diberikan.
Ketua Forum Komunikasi Petani Gunung Geulis Desa Jatiroke, Saepudin sangat mengapresiasi sekali kegiatan ini. Dimana selain ilmu yang bermanfaat juga bisa meningkatkan pendapatan petani diluar penghasilan dari sektor pertanian. Dalam artian petani tidak begitu ketergantungan dengan lahan garapan. Penghasilan dari petani tidak hanya dari pengolahan lahan dan hasil tani, tetapi ada penghasilan lain salah satunya dari budidaya lebah madu ini.
“Diharapkan ada output kegiatan ini secara kesinambungan dan berkelanjutan yang terus dibina oleh pihak ITB. Sehingga benar benar menghasilkan pendapatan secara optimal. Sebagai contoh minyak asap cair dari pengolahan bambu bisa dijual ke pasaran dengan harga yang mahal. Namun, secara modal memang memerlukan modal besar untuk menghasilkan produk yang banyak. Contoh lain, hidroponik, sebetulnya banyak konsumen yang membutuhkan sayuran bahkan sampai 1 kol bak per hari. Namun kendalanya, lahan untuk hidroponik yang diberikan pelatihan tidak memenuhi kuota permintaan sayuran oleh pasar,” ujarnya.
Saepudin pun berharap acara pelatihan ini jangan seremonial semata melainkan berkelanjutan dan ada pengawasan dari pihak ITB. Jika perlu bantuan modal usaha pun bisa diberikan sebagai perangsang petani semangat menjalankan usahanya.