Kisah Mata Air Kahuripan di Sumedang, Dipercaya Berada di Petilasan Dayang Sumbi

Petilsan Dayang Sumbi

INISUMEDANG.COM – Masih ingat legenda Dayang Sumbi atau Nyi Mas Gedeng Larang Tunjungbang yang terkenal dengan kisah cinta terlarangnya bersama Sangkuriang yang tidak lain adalah putranya sendiri?. Ternyata, petilasan Dayang Sumbi ini juga terdapat di Sumedang tepatnya di Wilayah Desa Ungkal Kecamatan Conggeang. Menurut cerita petilasan, Dayang Sumbi dulu ditemukan oleh Eyang Naya Patra yang sekarang dikeramatkan bersama dengan Eyang Puragati.

Pa Suma, juru kunci makam keramat mengatakan, sejarah ditemukannya petilasan Dayang Sumbi ini, berawal dari Eyang Naya Patra yang konon memiliki kerbau paling banyak waktu itu.

Ketika kerbau kerbau itu sedang digembala oleh Sang Penggembala, masuklah ke areal yang terdapat sumber mata airnya.

“Ketika gerombolan kerbau masuk ke area yang ada sumber mata air dan meminum air tersebut. Tiba tiba saja kerbau tersebut banyak yang mati setelah meminum air Kahuripan. Adanya kejadian itu, Eyang Naya Patra merasa bingung. Karena waktu itu, area tersebut belum diketahui jika tempat keramat,” kata Suma kepada Inisumedang.Com Selasa, 15 Pebruari 2022.

Ini Baca Juga :  Menjelajahi Keindahan Alam Gunung Tampomas: Destinasi Wisata Menarik di Sumedang, Jawa Barat

Selanjutnya, Eyang Naya Patra pun bertirakat dan bersemedi, untuk mengetahui fenomena yang terjadi waktu itu.

Setelah bersemedi, akhirnya beliau mendapatkan jawaban bahwa tempat tersebut ada penunggunya dan dikuasai oleh Nyi Mas Gedeng Larang Tunjungbang alias Nyi Mas Dayang Sumbi.

Air Kahuripan Tidak Boleh Dipakai Sembarangan

Pada saat tirakat itu, Dayang Sumbi meminta agar air kahuripan tidak boleh diminum oleh kerbau. Bukan hanya kerbau. hewan lainnya hingga manusia pun tidak boleh macam macam terhadap air kahuripan.

“Jangankan hewan, manusia saja tidak boleh sembarangan menggunakan air tersebut terkecuali dipakai untuk berziarah. Selain itu, air tersebut juga tidak boleh digunakan untuk keperluan sehari hari apalagi dimasak. Dan sampai sekarang mitos itu masih dipatuhi oleh masyarakat setempat. Air kahuripan ini berbeda dengan mata air Kahuripan yang lain, dimana airnya bebas dipakai apa saja,” tuturnya.

Ini Baca Juga :  Camat Situraja Sumedang Hadiri Diklatsar Banser Angkatan IV

Setelah tahu itu tempat keramat, sambung dia, maka oleh Eyang Nayapatra tempat itu di ‘mumule’ (dilestarikan). Sedangkan pengembalaan kerbau itu dipindahkan ke arah barat perkampungan dengan nama Karapyak.

“Namun setelah dipindahkan ke Karapyak, justru kerbau yang mati malah lebih banyak dari sebelumnya. Hal itu terjadi karena di area itu ada goa yang langsung ke Centigi Pulomas Indramayu. Menurut sesepuh bahwa jalan goa itu merupakan jalannya para Siluman. Sehingga, goa itupun ditutup oleh sesepuh dulu, dan nama tempat itu dikeramatkan menjadi Mbah Karapyak,” tuturnya.

Sementara yang mengembala kerbau milik Eyang Nayapatra waktu itu, bernama Ranggit yang dimakamkan di sebelah Utara dari sini, lalu dikeramatkan dengan nama Eyang Ranggit.

“Karena makin banyak kerbau yang mati. Maka dipindahkan kembali ke arah Utara. Sehingga kerbau tersebut menjadi banyak kembali setelah digembala oleh Eyang Ranggit dan Eyang Ranggit pun disemayamkan di sana. Kemudian karena dipercaya dapat membuat kerbau lebih banyak. Maka warga yang memiliki hewan peliharaan kerap membawa ke tempat area itu karena dipercaya ternaknya akan mulus dan berkembang biak,” kata Suma bercerita.

Ini Baca Juga :  Misteri Makam Keramat Mbah Heubeul Isuk dan Air Cikahuripan Cadas Pangeran Sumedang

Petilasan Dayang Sumbi Ditandai Dengan Adanya Tumpukan Batu Yang Disebut Batu Manggung

Nyi Mas Gedeng Larang Tunjungbang atau Nyi mas Dayang Sumbi, lanjut Suma, dipercaya pernah menghuni area ini.

“Petilasan Nyi Mas Dayang Sumbi ini, ada bekas duduknya hingga terlihat tapaknya. Dulunya menurut cerita, ketika Sangkuriang melihat ada wanita saking cantiknya, Sangkuriang menumpuk batu agar bisa terlihat kecantikan Dayang Sumbi maka disebut batu itu batu Manggung dan masih ada,” kata Suma.

Masih kata Suma, Sangkuriang sudah berupaya untuk melihat Dayang Sumbi dengan menumpukan batu, namun tetap saja tidak terlihat.

“Dulu untuk pembuktian cinta ke Dayang Sumbi, Sangkuriang berjanji akan membangun candi. Tetapi niatnya tidak terlaksana karena matahari terbit,” pungkas Suma.