BANDUNG, 5 September 2024 – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) turut buka suara dan memberikan hasil analisisnya terkait hebohnya kabar hutan Gunung Tangkuban Parahu kebakaran di Hutan Gunung Tangkuban Parahu.
Melalui keterangan tertulisnya, PVMBG menyampaikan pihaknya menerima banyak pertanyaan terkait kemunculan asap berwarna putih tipis hingga tebal di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, Bandung Barat.
Asap yang mulai muncul sejak Rabu 4 September 2024 kemarin itu, dipaparkan PVMBG, membuat masyarakat khawatir dapat berhubungan dengan aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu, khususnya Hutan Gunung Tangkuban Parahu.
Berdasarkan informasi tersebut, Pengamat Gunung Tangkuban Parahu melakukan pengecekan data pengamatan dan informasi kepada pemangku kepentingan di salah satu kawasan taman wisata alam di Jabar itu.
Hasilnya, pada Rabu sekitar pukul 01.41 WIB kemarin, dari kamera CCTV pemantauan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu terlihat adanya sebuah sinar yang berlokasi di atas kawah baru (dekat dengan Upas Hills) di Hutan Gunung Tangkuban Parahu.
“Pada pukul 11.30 WIB, informasi dari pengelola wisata (PT GRPP) dan warga sekitar, telah terjadi kebakaran hutan di titik yang sama sesuai pengamatan CCTV,” begitu kata PVMBG dalam rilis resminya.
Upaya pemadaman oleh masyarakat dan pihak terkait masih dilakukan. Kebakaran ini tidak mengganggu stasiun pemantauan gunungapi Tangkuban Parahu dikarenakan lokasinya berjauhan dari lokasi kebakaran.
Pemantauan secara visual kondisi Kawah Ratu dan Kawah Ecoma pada tanggal 4 September 2024 pukul 14.27 WIB, tidak terlihat anomali hembusan asap kawah dibandingkan pengamatan sebelumnya.
PVMBG menyebut aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu secara kegempaan didominasi gempa berfrekuensi rendah yang mengindikasikan aktivitas pergerakan fluida dikedalaman dangkal (dekat permukaan).
Sedangkan jenis gempa Vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma, ditegaskan PVMBG, belum menunjukkan tingkat kejadian yang signifikan (rata-rata terjadi kurang dari satu kejadian perhari).
“Hasil pemantauan deformasi dengan Tiltmeter maupun Electronic Distance Measurement (EDM) belum menunjukkan ada pola penambahan tekanan yang signifikan dari bawah permukaan terhadap respons penggembungan di tubuh Gunung Tangkuban Parahu,” begitu kata PVMBG.