SUMEDANG, 3 September 2025 – Musim kemarau panjang membuat peternak domba di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, kesulitan mencari pakan. Tidak jarang mereka harus berjalan jauh demi mendapatkan rumput. Melihat kondisi tersebut, Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) memberikan pelatihan pembuatan silase probiotik sebagai solusi alternatif.
Kegiatan yang digelar Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB ini dipimpin oleh Dr. Ir. Yayat Hidayat, ahli silvikultur, bersama tim yang terdiri dari Dr. Alfi Rumidatul dan Dr. Anca Awal. Program tersebut mengusung judul “Aplikasi Teknologi Silase Probiotik dan Tepung Maezena dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah Hasil Agroforestri Jagung Toleran Naungan pada Masyarakat Petani Hutan Gunung Geulis”.
Sebanyak 40 peternak yang tergabung dalam kelompok “Tarutani Tani” mengikuti kegiatan ini. Mereka merupakan petani hutan yang berdomisili di kawasan hutan Gunung Geulis, Desa Jatiroke.
Menurut Yayat, latar belakang kegiatan ini berangkat dari keprihatinan terhadap kebiasaan petani yang terpaksa memangkas daun pohon gmelina (G. arborea) dan sobsi (Maesopsis eminii) sebagai pakan ternak. Padahal, limbah hasil pertanian seperti jagung, padi, maupun sayuran sebenarnya dapat dimanfaatkan.
Dengan tambahan aktivator probiotik, limbah tersebut bisa difermentasi menjadi pakan bergizi.
Materi pelatihan teknik pembuatan silase disampaikan oleh Dr. Anca Awal, ahli rekayasa hayati dari SITH ITB. Ia menjelaskan, keunggulan silase dengan probiotik adalah kandungan nutrisi lebih tinggi, pakan lebih higienis, serta mampu disimpan dalam jangka panjang.
Teknologi sederhana ini juga memungkinkan peternak menambahkan campuran nutrisi lain seperti bekatul atau vitamin, bahkan dikembangkan menjadi pakan dalam bentuk pelet.
“Dengan silase probiotik, peternak bisa mengurangi ketergantungan mencari rumput ke lokasi jauh, sekaligus memanfaatkan limbah pertanian menjadi pakan berkualitas,” ujar Anca.
Ketua kelompok peternak, Saepudin, menyampaikan rasa terima kasih kepada tim ITB. Menurutnya, teknologi silase sangat membantu kelompoknya dalam menghadapi kesulitan pakan saat kemarau.
“Kini kami bisa menyediakan pakan lebih berkualitas dan mengurangi beban kerja menyabit rumput,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Yayat turut menyampaikan apresiasi kepada pihak-pihak yang mendukung, mulai dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudristek, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat ITB, Dekan SITH ITB, Forum Komunikasi Gunung Geulis, hingga kelompok tani hutan “Taruna Tani”.