Sumedang, 5 November 2025 – Tim dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang melalui program bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat dengan Pengembangan Integrated Urban Farming Sistem Aquaponic dan Hidroponic.”
Program ini merupakan bagian dari kegiatan Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB dalam mendukung Program Pengelolaan Sanitasi dan Daerah Aliran Sungai (Citarum Harum).
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga sekaligus memperkenalkan teknologi pertanian terpadu yang mudah diterapkan di lingkungan padat penduduk.
Program yang diketuai oleh Ir. Yeyet Setiawati, M.P dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, dengan anggota tim Prof. Dr. Gede Suantika, Dr. Mia Rosmiati, serta dua mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB, Muhammad Arsyad Fajri dan Yusuf Yonisal Sabila. Kegiatan dilaksanakan sejak Agustus hingga November 2025, melibatkan ibu-ibu PKK Desa Hegarmanah sebagai peserta pelatihan utama.
Pelaksanaan di lapangan juga didukung oleh Bapak Odoy yang berperan penting dalam perawatan kolam ikan dan instalasi tanaman di lokasi kegiatan.
Sistem yang dikembangkan merupakan model urban farming semi-terpadu yang menggabungkan dua pendekatan-aquaponic dan hydroponic. Bagian belakang pekarangan dimanfaatkan sebagai area aquaponic terbuka, di mana air dari kolam ikan dialirkan ke pot-pot tanaman di tepi kolam.
Air tersebut tidak dikembalikan ke kolam, melainkan diserap oleh media tanam dan tanah di sekitar area pekarangan. Sistem ini efektif memanfaatkan limbah air kolam sebagai pupuk alami bagi tanaman tanpa mencemari lingkungan.
Sementara itu, di bagian depan pekarangan, tim dan warga membangun unit hidroponik terpisah untuk budidaya sayuran daun seperti kangkung, pakcoy, dan sawi. Kedua sistem ini saling melengkapi dan menjadi contoh penerapan urban farming sederhana namun produktif.
Menurut ketua tim, Dr. Yeyet Setiawati, pendekatan ini dirancang agar teknologi pertanian dapat diadaptasi secara mudah oleh masyarakat.
“Sistem ini kami sesuaikan dengan kondisi lahan dan kemampuan warga. Tidak tertutup seperti aquaponic modern, tetapi tetap berfungsi baik untuk memanfaatkan air kolam secara efisien dan ramah lingkungan,” jelas Yeyet.
Selain kegiatan teknis, tim juga memberikan pelatihan pengelolaan usaha dan kewirausahaan sederhana agar masyarakat dapat memanfaatkan hasil panen untuk mendukung ekonomi keluarga.
Program ini menekankan keterlibatan aktif ibu-ibu PKK sebagai motor penggerak utama ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
Mang Odoy, penjaga pekarangan yang sehari-hari membantu perawatan sistem, turut menjadi bagian penting dari keberhasilan kegiatan ini. Ia memastikan kolam ikan dan pot tanaman selalu terpelihara dengan baik serta membantu warga memahami cara kerja sistem.
“Pak Odoy memiliki peran penting di lapangan. Dedikasinya membantu kami menjaga keberlanjutan sistem ini,” ujar Yeyet.
Melalui kolaborasi antara akademisi ITB dan masyarakat, Desa Hegarmanah kini menjadi contoh penerapan urban farming berbasis aquaponic dan hidroponic semi-terpadu di wilayah Jatinangor.
“Teknologi sederhana dapat berdampak besar bila dijalankan bersama dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan,” tutup Dr. Yeyet Setiawati.






