Insufisiensi Plasenta: Penyebab, Gejala, dan Penanganan yang Tepat untuk Ibu Hamil dan Janin

Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi Plasenta/Pikabay)

INISUMEDANG.COM – Insufisiensi plasenta adalah suatu kondisi serius yang dapat menghambat pasokan nutrisi dan oksigen yang optimal kepada janin dalam kandungan. Gangguan plasenta ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan lebih lanjut tentang insufisiensi plasenta dan mengapa penanganan yang tepat sangat penting bagi kesehatan ibu hamil dan janin.

Insufisiensi plasenta dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kerusakan atau perkembangan ari-ari yang tidak normal. Beberapa kondisi medis pada ibu hamil juga dapat memicu terjadinya insufisiensi plasenta, seperti diabetes, anemia, hipertensi, preeklampsia, gangguan pembekuan darah, penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan riwayat konsumsi obat pengencer darah. Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, kecanduan alkohol, atau penyalahgunaan NAPZA, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Selain itu, usia kehamilan di atas 40 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan ukuran kecil atau bayi lahir mati (stillbirth). Serta perdarahan hebat di awal trimester kehamilan juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan.

Salah satu gejala yang sering terkait dengan insufisiensi plasenta adalah ukuran perut ibu hamil yang lebih kecil dari usia kehamilan yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pasokan nutrisi yang mencukupi bagi pertumbuhan janin. Selain itu, gerakan janin yang kurang aktif juga dapat menjadi tanda adanya gangguan pada fungsi plasenta.

Meningkatkan Risiko Komplikasi Kehamilan

Insufisiensi plasenta memiliki dampak serius pada kesehatan ibu hamil dan janin. Pada ibu hamil, kondisi ini meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan kelahiran prematur. Pada janin, kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi yang optimal dapat meningkatkan risiko stillbirth atau kelahiran bayi mati dalam kandungan. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan insufisiensi plasenta memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi, seperti berat badan rendah, gangguan napas dan jantung, kesulitan mengisap ASI, risiko infeksi yang tinggi, hipotermia, gangguan mata atau penglihatan, perdarahan di dalam otak, peningkatan jumlah sel darah, kadar kalsium rendah, dan gula darah rendah.

Ini Baca Juga :  YBM PLN UP3 Sumedang Serahkan 50 Paket Makanan Bergizi untuk Anak Stunting di Kecamatan Cisitu

Untuk mengatasi insufisiensi plasenta, pemeriksaan kehamilan rutin sangat penting. Tes darah, ultrasonografi (USG), dan non-stress test (NST) dapat membantu dalam diagnosis kondisi ini. Ibu hamil juga perlu memantau pergerakan janin dengan cara berkonsultasi ke dokter.