Berita  

Inspiratif! KSM Dabaresih Hadirkan Bank Sampah Tangani Masalah Lingkungan

KSM Dabaresih

BANDUNG – Banyak cara dapat dilakukan untuk berkontribusi menangani masalah lingkungan salah satunya terkait sampah yang kini hampir terjadi di semua daerah. Di Bandung hadir Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Dago Barat Resik Hejo (Dabaresih) di RT08 RW05, Coblong yang aktif mengkampanyekan bank sampah.

Salah satu kelompok masyarakat di Kota Kembang ini juga mengaplikasikan program dari pemerintah Kang Pisman (Kurang, Pisahkan, dan Manfaatkan sampah).

Inisiator KSM Dabaresih Agus Sukaryat menyebut pihaknya mulai bergerak sejak 2020 atau tepatnya pada awal masa pandemi Covid-19 untuk concern pada bank sampah.

“Awalnya kami mulai menggelar sosialisasi program Kang Pisman, hingga kegiatan yang senafas dengan program Buruan Sae,” ungkap Agus kepada wartawan.

Ini Baca Juga :  Polisi Ungkap Kasus Pencemaran Lingkungan di Rancaekek Kabupaten Bandung

“Kita melihat semakin banyak pemukiman, dan sampahnya makin banyak. Dari sana kita melakukan sosialisasi di tingkat keluarga agar mereka melakukan pemilahan sampahnya dari rumah,” terang Agus.

Dia mengisahkan, kegiatan pengumpulan dan penjemputan di bank sampah berjalan setiap Sabtu. Masyarakat dapat membawa sampah terpilahnya dan menabung sampah

“Kami fasilitasi pewadahannya, buku tabungannya juga, dan kami ikuti program Bank Sampah Induk,” kata Agus.

Program tersebut antara lain tukar sampah dengan logam mulia, membayar cicilan dengan sampah, dan masih banyak lagi.

Agus juga menjelaskan, bank sampah RW 05 Dago menerima sampah anorganik kardus, plastik, kertas, besi, hingga minyak jelantah. Selain itu, mereka juga mengolah sampah organik dari warga.

Ini Baca Juga :  Meriahkan Hari Bhayangkara ke-77, Polresta Bandung Gelar Lomba Lari 

“Kita sediakan ember-ember. Sehingga masyarakat bisa mengumpulkan sisa makanan mereka ke ember tersebut dan kita jemput setiap Sabtu,” terangnya.

Saat ini, Dabaresih memiliki fasilitas mulai dari pengolahan sampah organik, bata terawang, lodong sesa dapur (loseda), drum komposter, serta wadah sisa makanan (wasima).

Selain itu, kelompok swadaya masyarakat ini mengagas kolaborasi dengan restoran yang ada di wilayah sekitar untuk mengolah sampah produksi makanan.

Berbicara tantangan, Agus tak memungkiri dalam tiga tahun ini sosialisasi menjadi kendala mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih baik.

Ini Baca Juga :  Teras Cihampelas Bandung Dipermak Lagi, Ditargetkan Tuntas September

Meski begitu, dia mengaku saat ini masyarakat RW 05 Dago sudah teredukasi dan kompak menerapkan Kang Pisman.

“Kalau warga diperhatikan, diedukasi, mereka mau untuk memilah sampah. Tapi memang perlu kita monitoring. Tidak lepas dari monitoring pengurus RW, Lurah, Camat,” tuturnya.

Oleh karenanya, Agus mengajak masyarakat yang ada di Bandung untuk juga sama-sama menjadi mitra yang baik bagi pemerintah dalam upaya penanganan sampah.

“Ini bukan hanya tugas pemerintah. Tetapi tugas kita semua. Kita bisa memulai hidup minim sampah, dan melakukan pemilahan sampah sejak di rumah,” katanya.