Ini penjelasan Tentang Keutamaan Puasa Dalam Kitab Tanqihul Qaul

Foto: Canva

INISUMEDANG.COM – Banyak sekali keterangan mengenai keutamaan Puasa baik dalan Al-Qur’an, hadist maupun ketarangan dalam Kitab-kitab sunnah serta lain sebagainnya.

Diantaranya yaitu Allah Ta’ala berfirman dalam hadits yang diceritakan Nabi Saw dari-Nya: Setiap kebaikan diberi balasan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali, kecuali puasa.

Sesungguhnya puasa itu bagi-Ku dan Akulah yang membalas dengannya. Demikian disebutkan dalam Al-Ihya’.

Nabi Saw. bersabda dalam hadits Qudsi: “Allah Ta’ala berfirman: Puasa itu bagi-Ku dan Akulah yang membalasnya.” (H.R. Thabrani dari Abi Umamah dengan isnad hasan).

Beda antara hadits Qudsi dengan Al Qur’an ialah Al Qur’an turun berupa mukjizat dengan surah yang terpendek sekali pun.

Lain halnya dengan hadits Qudsi, karena ia bukan mukjizat Al Qur’an dan hadits dibaca sebagai ibadah.

Nabi SAW bersabda:

للصائم فرحتان يفرح بهمافرحة عندإقطاع و

فرحة عند لقاء ربه.

“Orang yang berpuasa mengalami dua kegembiraan, yaitu kegembiraan di waktu berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa Tuhannya.”

Berkata Wahb bin Munabbih: Orang mukmin tidak merasakan ketenangan, kecuali ketika berjumpa dengan Tuhannya, yaitu dengan mendapat balasan dan pahala atau dengan memandang kepada wajah Tuhannya.

Ini Baca Juga :  Jadwal Shalat Untuk Sumedang, Majalengka dan Subang Kamis 2 Juni 2022 dan Doa Keluar Masuk Kamar Mandi

Nabi SAW bersabda :

لخلوف فم الصائم أطيب عندالله من ريح المسك

“Sungguh bau mulut orang yang puasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misik (kasturi).”

Ada yang mengatakan: Yang dimaksud ialah bahwa Allah membalasnya di akhirat. Maka bau mulutnya lebih harum daripada bau misik. Ada yang mengatakan: Yang dimaksud ialah pelakunya mendapat pahala yang lebih utama daripada bau misik.

Bau Puasa Pada Hari Itu Diantara Berbagai Ibadat Seperti Misik

An-Nawawi menyatakan bahwa itu berarti bau mulut orang yang puasa lebih banyak pahalanya daripada misik yang dianjurkan dalam shalat Jumat dan majlis-majlis dzikir.

la mengartikan makna keharuman sebagai penerimaan dan keridhaan. Al-Qadhi Husein telah menulis, bahwa ketaatan-ketaatan pada hari kiamat mempunyai bau semerbak. Maka bau puasa pada hari itu di antara berbagai ibadat seperti misik.

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa puasa sehari dari bulan Ramadan diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian. Apabila bulan Ramadan berakhir, tidaklah ditulis dosanya hingga tahun berikutnya. Jika ia meninggal sebelum Ramadan berikutnya, maka ia akan datang pada hari kiamat tanpa dosa.

Ini Baca Juga :  Kiai Sa'dulloh: Peringatan Haul Bukan Hanya Seremonial Semata ada Hikmah yang Bisa Diambil

Dalam suatu riwayat :

من صام رمضان إيمانا واحتساباغفر له ما تقدم من

ذنبه وماتأخر

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.”
(H.R. Al-Khatib dari Ibnu Abbas)

Nabi SAW bersabda: “Seandainya Allah mengizinkan langit dan bumi berbicara, niscaya keduanya berkata : Kabar gembira bagi siapa yang puasa di bulan Ramadhan bahwa ia masuk surga.”

Nabi Saw bersabda: “Puasa itu perisai terhadap api neraka seperti perisai seseorang dari kamu dalam pertempuran.” (H.R. Ibnu Majah dari Utsman bin Abil Ash dan ia hadits Sahih).

Nabi Saw bersabda: “Apabila orang yang puasa berbuka, maka para malaikat mendoakan keberkahan baginya hingga ia selesar Nabi Saw, bersabda: “Setiap sesuatu mempunyai zakat dan zakat tubuh adalah puasa.” (H.R. Ibnu Majah dari Abi Hurairah dan Thabrani dari Sahl bin Sa’ad).

Ini Baca Juga :  Ini yang Dirasakan dan Dilakukan Ruh Usai Terpisah dari Jasad Manusia

Puasa Dinamakan Zakat Badan

Keutamaan Puasa dinamakan zakat badan, karena ia adalah salah satu rahasia Allah Ta’ala dan penyebab kurusnya tubuh dan penambah keberkahan serta kebaikannya yang bersifat maknawi. Maka ia menyerupai zakat harta. Karena meskipun wujudnya berkurang. namun keberkahannya bertambah. Demikian pula puasa.

Nabi Saw bersabda:

نوم الصائم عبادة وضمنه تسبيح وعمله مضاعف ودعائه مستجاب وذنب مغفور

“Tidurnya orang yang puasa adalah ibadah dan diamnya adalah tasbih sedangkan amalnya diberi pahala berlipat ganda dan doanya mustajab serta dosanya diampuni.” (H.R. Baihaqi dari Abdullah bin Abi Aufa dan ia hadits dlo’if).

Dalam suatu lafal: “Dan nafasnya adalah tasbih dan ucapannya adalah sedekah.”

Ini berlaku bagi orang yang puasa dan tidak rusak puasanya oleh ghibah. Meskipun tidur itu merupakan kelalaian, namun ia menjadi ibadah, karena ia menggunakannya untuk ibadah. Wallahu a’lam Bish-shawab.