Ini Cara Mengangkat Batu Dakon, Bekas Duduk Embah Jaya Perkasa di Puncak Gunung Rengganis Sumedang

batu dakon

INISUMEDANG.COM – Mengulang ke belakang atau Mengupas Perjalanan ringkas Eyang Jaya Perkasa atau Embah Sanghiyang Hawu.

Seperti diketahui Eyang Jaya Perkasa atu Embah Sanghiyang Hawu yang dikenal Patih Agung Kerajaan Sumedang Larang. Sebagai manusia gagah perkasa tiada tanding nan Sakti Mandraguna.

Beliau pergi meninggalkan Prabu Geusan Ulun, menuju Puncak Gunung Rengganis. Kepergian beliau bertujuan untuk menyepi diri atau mentafakur diri sendiri serta menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau duniawi (nyirnakeun diri).

Embah Jaya Pekasa akhirnya menghilang dengan tanpa meninggalkan jasad. Hanya sebelum menghilang (tilem) ada suara gaib yang datang ke Prabu Geusan Ulun persis suara Eyang Jaya Pekasa.

Ini Baca Juga :  Menjelajahi Keindahan Alam Gunung Tampomas: Destinasi Wisata Menarik di Sumedang, Jawa Barat

Adapun isi dari suara itu menjelaskan peninggalan beliau (Eyang Jaya Perkasa) yanga ada di Puncak Gunung Rengganis ialah dua buah benda yang berupa batu, yang satu bekas duduknya.

Batu itu menurut para ahli sejarah disebut batu dakon, hingga sekarang masih ada dan suka diangkat oleh para penziarah.

Cara Mengangkat Batu Dakon

Menurut cerita, batu dakon (Batu Pamongkanan) itu mempunyai keistimewaan yaitu kalau kebetulan waktu diangkat terasa ringan. Maka Insya Allah yang dimaksud oleh yang mengangkat batu tersebut akan mudah tercapai dan begitu juga sebaliknya.

Ini Baca Juga :  Tiga Lokasi di Waduk Jatigede Sumedang yang Diyakini Angker

Adapun cara mengangkat Batu Dakon terlebih dahulu membaca Istighfar 3 x, Sholawat 1x, lalu baca laa haulaa walaaquwaata Illabillahil aliyyil adzim” 1 x, dan batas mengangkat minimal sampai pusar sebanyak 3 x.

“Ini sekedar cerita sepuh, kita boleh percaya boleh tidak,” Jelas Juru Kunci Abah Dudu belum lama ini.

Selain batu Dakon peninggalan yang kedua dari Eyang Jaya Perkasa yakni berupa tongkat dengan tinggi 182 CM dan Madelin 27 Cm.

“Menurut cerita orang (Para Sesepuh Dayeuh Luhur), batu yang berdiri itu pada dulunya tidak kena pada tanah (terangkat dari tanah + 30 Cm itu ditumpuk batu-batu kecil hingga kelihatan merapat dengan tanah dan sekarang batu tersebut dipagar ini dimaksudkan supaya konsentrasi pada penziarah tidak terganggu dan keamanan batu tersebut. Batu yang beridiri tersebut menurut para ahli sejarah disebut batu Menhir,” pungkasnya.