INISUMEDANG.COM – Ancaman produk impor terhadap UMKM lokal bukan sekadar isu sesaat. Fenomena ini telah menjadi tantangan serius bagi keberlangsungan usaha mikro kecil di Indonesia.
Data statistik menunjukkan bahwa impor produk pakaian, kerudung, dan asesoris mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perjanjian perdagangan bebas, lemahnya perlindungan terhadap produk dalam negeri, dan kebijakan impor yang tidak dibatasi.
Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Nusantara, Hendi Nurohman mengatakan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk melindungi UMKM. Selain memberikan insentif, juga penting untuk memfasilitasi akses UMKM terhadap teknologi dan informasi pasar.
“Perlindungan terhadap UMKM harus dilakukan secara tepat sasaran. Pemerintah perlu mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan memberikan dukungan yang lebih intensif pada sektor tersebut. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap kebijakan yang telah diambil untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut efektif,” ujarnya.
Sementara itu, pengusaha Kerudung asal Mangunarga Cimanggung, Hj. Nenden Nugraha mengatakan saat ini yang menjadi kendala para pelaku UMKM dan home industri adalah persaingan dengan produk luar negeri. Kebijakan impor yang bebas dan tanpa ada batasan, menyebabkan produk lokal kalah dalam segi persaingan bisnis.
Sebagai contoh, lanjutnya, biasanya dalam sebulan dia bisa menghabiskan 3000 sampai 5000 kodi, sedangkan memasuki tahun ini hanya bisa menjual rata-rata 1000 kodi per bulan.
Pengusaha Kerudung dan pakaian yang tinggal di Dusun Warungcina Desa Mangunarga Cimanggung ini mengatakan tahun ini pelaku UMKM lokal sangat kesulitan sekali karena import terlalu banyak masuk. Mulai dari kemasan, produk dan sebagainya. Oleh karena itu produk lokal menjadi kalah saing karena harga produk luar negeri yang murah.
“Tahun ini memang usaha agak sulit karena bersaing dengan import. Barang impor sangat murah sekali, bahkan dengan bahan dan kualitas yang sama. Sehingga menyebabkan usaha lokal kalah,” ujarnya.
Dia berharap, mohon ada kebijakan dari pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah agar membantu UMKM lokal agar bisa selamat dari efek pasar global dan menekan aturan impor UMKM luar ke Indonesia.
“Barang impor itu harga sangat murah, produk bagus, dan lebih bervariatif. Karena memang mereka pemilik usahanya konglomerat. Sedangkan pelaku UMKM di Indonesia pemilik modal sedikit dan bukan perusahaan industri,” ujarnya.