INISUMEDANG.COM – Dalam 10 tahun terakhir, penyakit tidak menular merupakan 7 dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Dan merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Di Kabupaten Sumedang sendiri,
dari 10 penyakit tidak menular tersebut, Hipertensi menjadi salah satu penyakit nomor satu terbanyak dengan jumlah sasaran 248.173 orang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa H. Aan Sugandi mengatakan, hipertensi merupakan salah satu yang masuk kedalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang Kesehatan, sehingga semua penderita Hipertensi harus dilayani secara maksimal.
“Hipertensi termasuk Penyakit Tidak Menular (PTM), dan dalam Laporan Bulanan (LB1) dari Puskesmas yang ada Kabupaten Sumedang, Hipertensi tercatat sebagai penyakit Nomor satu terbanyak,” kata Aan.
Untuk jumlah sasaran hipertensi di Kabupaten Sumedang tahun 2021 ini, kata Aan, yaitu 248.173 orang. Dan sampai dengan bulan September 2021 sudah terjaring 124.964 orang atau 50,35 persen.
“Untuk target sasaran sendiri, di Desember ini kami menargetkan 80 persen sasaran,” ujar Aan.
Adapun penyebab hipertensi ini, sambung Aan, bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pola makan yang tidak teratur, gaya hidup, serta Faktor keturunan dari orang tua.
“Faktor keturunan merupakan yang sering terjadi pada hipertensi ini,” jelasnya.
Adapun masalah yang dihadapi dalam penemuan atau penjaringan penderita hipertensi sendiri, lanjut Aan, yaitu kondisi pandemi Covid-19 yang berimbas terhadap pelayanan Puskesmas. Dengan pembatasan pelayanan sehingga jumlah pasien yang datang ke puskesmas sangat terbatas, dan screening hipertensi pun terbatas.
Masalah lainnya, yaitu pembatasan kegiatan kesehatan masyarakat, seperti Posbindu PTM dan Posbindu Lansia tutup saat masa pandemi, serta Pandu PTM (Pelayanan Terpadu PTM) masih belum maksimal di kegiatan di dalam dan luar gedung puskesmas. Serta sarana dan prasarana DDFRPTM belum lengkap yaitu baru untuk 75 Desa se Kabupaten Sumedang.
“Jadi pandemi Covid-19 ini, merupakan salah satu faktor masalah yang dihadapi. Karena tidak mungkin kita memeriksa di Puskesmas, yang pastinya berpotensi menimbulkan kerumunan,” kata Aan.
Untuk solusi dan rencana aksi ke depannya, tambah Aan, pihaknya akan melakukan sosialisasi deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular, bagi kader Posbindu PTM. Kemudian jika Level PPKM mulai turun pelayanan di Puskesmas dan Posbindu ditingkatkan lagi, dengan memperhatikan Protokol Kesehatan.
“Kami juga akan melakukan pengajuan sarana dan prasarana DDFRPTM untuk desa. Serta Koordinasi dan Kolaborasi Lintas program, lintas bidang, lintas sektor,” tutur Aan.