Berita  

Dosen SITH ITB dan Unpad Kembangkan Agroforestri Jagung Hibrida di Gunung Geulis Sumedang

Jagung Hibrida
Petani Gugels dan Dosen SITH ITB saat Penanaman jagung hibrida toleran naungan di bawah tegakan hutan dapal pola agroforestry regeneratif.

Disisi lain pengembangan agroforestry jagung toleran naungan ini. Dapat memberikan akses bertanam jagung kepada para petani dengan tidak merusak pohon (hutan). Karena jagungnya membutuhkan naungan, seperti halnya menanam kopi.

PPM ini mendapatkan apresiasi dari ketua kelompok tani hutan “Taruna Tani” sekaligus sebagai ketua Forum Komunikasi Gunung Geulis, Saepudin. Beliau mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak ITB. Khususnya Dr. Yayat sebagai ketua tim dan juga Prof Dedi dari UNPAD, yang telah memperkenalkan galur hibrida jagung yang toleran naungan.

“Kami sebagai petani akan merasa gembira jika kami dapat menanam jagung dengan pola agroforestry di lahan hutan, sebagaimana kami biasa menanam agroforestry kopi. Jika diketemukan nanti galur hibrida jagung toleran naungan yang sangat potensial kami ingin mengembangkannya dalam skala luas pada para petani di sekitar hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat di sekitar Hutan (LMDH) di Jawa Barat. Ini terobosan baru, hutannya tetap lestari dan meningkat produktivitasnya. Dengan menghasilkan sumber pangan dan pakan ternak dari komoditas jagung ini,” ujar Saepudin.

Ini Baca Juga :  Hasil Akhir Final Indonesia vs Thailand, PDIP: Sungguh Membanggakan

Lebih jauh lagi Yayat menjelaskan bahwa demplot introduksi tanaman agroforestry jagung hibrida toleran naungan ini masih dalam tahap pengamatan lanjut hingga nanti tanaman jagungnya berbuah. Diperlukan lebih kurang tiga bulan pengamatan.

“Dari 20 galur yang diuji kami akan menyeleksi 10 galur terbaik, dan potensial dikembangkan pada pola tanam agroforestry. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang membantu terselenggaranya PPM ini. Antara lain (1) Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudrsitek, (2) ketua Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat ITB, (3) Dekan Sekolah ilmu dan Teknologi Hayati ITB, (4) Ketua Forum Komunikasi Gunung Geulis, (5) Kelompok Tani hutan ‘Taruna tani, dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu,” pungkas Yayat.