Sementara itu, Prof. Dedi menjelaskan bahwa dirinya telah meriset pencarian galur jagung yang toleran naungan untuk ditanam di lahan-lahan sub marginal. Beliau telah mengoleksi material genetik galur hibrida jagung tersebut di laboratoriumnya, hasil riset selama kurang lebih 20 tahun.
“Kami memiliki lebih dari 20 galur hibrida jagung yang potensial toleran terhadap naungan hingga 60% pencahayaan. Hasil produksinya cukup lumayan,” ujarnya.
“Kami menyambut baik tawaran Dr. Yayat untuk melakukan PPM kepada masyarakat sekitar Gunung Geulis untuk mengembangkan agroforestry jagung,” tambahnya.
Dalam pelaksanaan PPM nya Yayat dan tim membuat rancangan demonstration plot (demplot) jagung pada dua blok penanaman yanitu blok ternaung dan blok terbuka. Tiap blok ditanam 20 galur jagung hibrida dan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Tiap larikan galur ditabur 20 benih jagung. Pengamatan dilakukan terhadap karakter pertumbuhan vegetatif dan karakter reproduktif. Penagamatan akan dilakukan selama 100 hari pengamatan dimulai sejak bulan September tahun ini.
“Percobaan penanaman jagung hibrida toleran naungan ini bertepatan dengan musim kemarau ekstrim. Sehingga kami sekaligus menguji ketahanan jagung terhadap kondisi musim kemarau ekstrim. Diharapkan uji penanaman ini akan memperoleh galur-galur yang terbaik yang potensial untuk ditanam dalam pola agroforesrstry. Penanaman agroforestry jagung ini akan meningkatkan produktifitas lahan hutan. Yang selama ini pada umumnya lahan-lahan di bawah tegakan hutan dibiarkan kosong atau ditumbuhi semak belukar,” ujarnya.