“Saat diberitahu ada galur jagung yang bisa ditanam dibawah naungan pohon mereka sangat tertarik untuk mencoba menanamnya. Mereka berharap dapat membangun agroforestry jagung seperti halnya mereka menanam agroforestry kopi di kawasan Gunung Geulis. Sebab, Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat diminati petani. Karena dapat dipanen dalam waktu yang singkat sementara bertanam pohon keras jarang diminati karena waktu panen yang lama,” ujar Yayat.
Yayat menambahkan, kegiatan PPM ini dilatarbelakangi adanya keprihatinan terhadap perilaku petani yang mencari pakan ternak dengan cara memangkas daun pohon gmelina (G. arborea) dan sobsi (Maesopsis eminii) yang ditanam di kawasan Gunung Geulis. Mereka melakukan itu karena sulit mencari pakan ternak terutama di musim kemarau seperti ini.
Menurut Yayat, tanaman jagung dapat dimanfaatkan buahnya sebagai bahan makanan dan daunnya sebagai pakan ternak. Jadi sebagai sumber pangan dan pakan ternak yang bergizi.
“Untuk itu kami mencari terobosan bagaimana agar dapat mengembangkan penanaman agroforesrtry jagung di kawasan hutan. Syaratnya adalah dengan menanam galur jagung yang toleran terhadap naungan. Kebetulan prof. Dedi, seorang pemulia jagung telah memiliki beberapa galur yang potensial toleran terhadap naungan. Maka saya mengajak beliau untu kolaborasi dalam PPM ini,” kata Yayat.