INISUMEDANG.COM – Kelompok Tani Maju Mekar di Desa Nagarawangi, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas berupa transfer keilmuan sebagai bagian kegiatan pengabdian masyarakat dari Dosen Kelompok Keahlian Manajemen Sumber Daya Hayati (MSDH) SITH ITB yang diketuai oleh Dr. Yooce Yustiana, baru-baru ini.
Menurut Dr Yooce, pelatihan peningkatan kapasitas kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah agroforestry. Agroforestry adalah sistem penanaman yang mengoptimalkan penggunaan lahan (pekarangan, ladang dan hutan) dengan mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman pangan, obat-obatan, lebah, perikanan dan atau peternakan. Kombinasi tersebut dapat dilakukan secara bergantian atau bersamaan.
Acara ini diselenggarakan pada tanggal 24-25 Juli 2023 dengan model diskusi interaktif dengan kelompok tani Maju Mekar. Penyampaian materi disampaikan oleh 11 Dosen dari KK MSDH diantaranya; Dr. Pujo Hutomo dengan topik “Peningkatan Kapasitas Kelompok Tani Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas dan Nilai Tambah Agroforestry: Definisi, Tujuan, Manfaat Agroforestry. Dr. Endang Hernawan dengan topik “Manajemen Agroforestry. Dr. Tien Lastini dengan topik “Model-Model Agroforestry. Dr. Sofiatin dengan topik “Agroforestry untuk Fungsi Konservasi. Dr. Ramadhani Eka Putra dengan topik “Pola Budidaya pada Agroforestry. Dr. Mulyaningrum dengan topik “Kelembagaan Kelompok Tani Agroforestry.
Lalu, Dr. Mia Rosmiati dengan topik “Aspek Keuangan dalam Mengelola Usaha Agroforestry” Dr. Yooce Yustiana dengan topik “Nilai Tambah dan Cara Menghitungnya”. Dr. Heri Rahman dengan topik “Produktivitas Agroforestry” Agustania, Ir., MP. dengan topik “Sosiologi Agroforestry. Dr. Wawan Gunawan dengan topik “Kewirausahaan Agroforestry”.
“Seluruh materi yang disampaikan para dosen KK MSDH SITH diharapkan menjadi modal bagi para pelaku agroforestry di Kelompok Tani Maju Mekar untuk mengoptimalkan pengaplikasian agroforestry, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah dari agroforestry,” ujar Yooce.
Menurut Dr Yooce, Sharing keilmuan ini berlangsung selama dua hari berturut-turut dari pagi hari sampai dengan sore hari. Kegiatan ini dihadiri 18 peserta yang merupakan anggota aktif dari Kelompok Tani Maju Mekar.
Pada hari pertama, pemberian materi dimulai dari penyampaian definisi agroforestry yang berlanjut kepada penyampaian mengenai manajemen dan model-model yang dipakai dalam sistem agroforestry sehingga memberikan pengetahuan bahwa sistem penanaman agroforestry berbeda dengan penanaman monokultur sehingga lebih baik dari segi konservasi.
Selanjutnya disampaikan pula mengenai pola budidaya untuk mengoptimalkan pemasukan berkelanjutan bagi para petani dalam baik jangka pendek, menengah maupun untuk jangka panjang. Pemaparan mengenai kelembagaan kelompok juga disampaikan dengan tujuan agar tidak terjadinya perselisihan dalam pengelolaan agroforestry bersama-sama.
Pada hari kedua, pemberian materi banyak mengedepankan aspek ekonomi dan sosial seperti aspek keuangan untuk menilai kelayakan dan profitabilitas proyek agroforestry, pemberian nilai tambah pada produk agroforestry sebagai upaya untuk memberikan variasi produk dan peluang pemasaran yang lebih luas, produktivitas dalam agroforestri yang berkaitan dengan efisiensi dalam menghasilkan hasil pertanian dan hasil hutan di satu lahan, aspek sosiologi yang melibatkan interaksi manusia dengan lingkungan agroforestri dan komunitas sekitar, pemberdayaan lokal, pemeliharaan pengetahuan tradisional, dan kesejahteraan sosial serta kewirausahaan mengenai agroforestry untuk mengidentifikasi peluang bisnis, mengelola risiko, dan memaksimalkan hasil dari sistem agroforestri.
Inovasi dalam penerapan teknologi dan pemasaran dapat mendukung keberhasilan kewirausahaan di sektor ini.
“Antusiasme peserta dalam mengikuti acara ini sangat tinggi, banyak peserta yang bertanya dan mengemukakan pendapatnya mengenai pengaplikasian agroforestry yang mereka lakukan dengan komoditas kopi. Penyampaian materi juga diselangi dengan adanya kegiatan ’ice breaking’ agar para peserta tidak merasa bosan sepanjang kegiatan,” ujarnya.
Yooce menambahkan para peserta juga diajak berdiskusi tentang studi kasus dari materi yang disampaikan dikaitkan dengan keberjalanan agroforestry yang sudah mereka jalani sampai saat ini. Para peserta juga sepakat bahwa agroforestry merupakan sebuah sistem penanaman yang menguntungkan bagi mereka baik dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial.
“Saat ini penerapan agroforestry telah berhasil mengurangi adanya kejahatan penebangan kayu secara ilegal di Desa Nagarawangi dan telah berhasil pula merangkul para pelaku kejahatan untuk dilibatkan dalam pengelolaan agroforestry sehingga mereka memiliki lapangan pekerjaan yang lebih pantas,” katanya.
Saat ini dari penerapan agroforestry di Kelompok Tani Maju Mekar telah tercipta sebuah produk kopi dengan nama “Kopi Boehoen Nagarawangi”. Kopi Boehoen ini diproduksi secara mandiri oleh Kelompok Tani Maju Mekar dari proses penanaman hingga proses distribusi produk kopi.
“Saat ini mereka juga sudah melakukan pengeringan biji kopi dengan bantuan Solar Dryer Dome sebagai fasilitas tugas bantuan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI. Peran serta dari para stakeholder meliputi instansi pemerintahan terkait dan institusi pendidikan tinggi salah satunya SITH ITB telah banyak membimbing dan memonitoring keberhasilan pengembangan agroforestry dengan komoditas kopi di Desa Nagarawangi ini,” paparnya.
Di akhir acara, disampaikan sebuah motivasi untuk mempertahankan semangat para peserta oleh Kepala Desa yang juga merupakan anggota Kelompok Tani Maju Mekar “Ulah eleh ku atuda, kudu sagala sanajan! (Jangan kalah dengan kata tapi, namun perlu diperjuangkan dengan kata meskipun)”.