Berita  

Dosen ITB dan Unpad Bantu Petani di Jatinangor Atasi Kesulitan Pengeringan Jagung

SUMEDANG, 16 September 2024 – Upaya mentrasnfer ilmu berkaitan dengan Pengabdian pada masyarakat (PPM) dosen SITH ITB, Dr. Yayat Hidayat SP bersama Guru besar Unpad, Prof Dedi Ruswandi MSEC, Phd menggelar pelatihan kepada para petani di Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Minggu (15/9/2024).

Mengusung Tema Aplikasi Teknologi Turbin Ventilator dan Metode Air Kiln Drier pada Proses Pengeringan Jagung yang Hemat Energi dan Ramah Lingkungan di sekretariat Forum Petani Gunung Geulis Blok Sumur Wangi RT 01 RW 02 Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor.

Menurut Prof Dedi Ruswandi, proses pengeringan jagung yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas jagung. Masalah yang sering muncul akibat proses pengeringan yang kurang baik antara lain adalah timbulnya jamur aflatoxin pada biji jagung yang menyebabkan terjadinya proses pembusukan lanjut.

“Jagung yang tidak dikeringkan dengan baik tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Teknik pengeringan jagung yang baik ini dipengaruhi oleh sarana dan teknologi pengeringan. Teknik pengeringan secara konvesional dengan cara menjemur biji jagung di atas terpal di bawah sinar matahari terik, memang cukup murah tetapi seringkali tidak menghasilkan biji jagung yang sempurna dan kesulitas pengeringan saat tidak ada terik matahari,” ujarnya.

Ini Baca Juga :  Karang Taruna Kecamatan Sumedang Selatan Bentuk Kepengurusan Baru, Ini Harapannya

Sebaliknya teknologi pengeringan modern menggunakan sistem oven sangat boros energi listrik dan biaya yang sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh petani. Kesulitan dalam hal pengeringan jagung inipun dialami oleh para petani jagung di Gunung Geulis Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat.

“Nah guna membantu kesulitan dalam pengeringan jagung tersebut, tim dosen PPM dari SITH ITB dan Pertanian UNPAD melakukan kolaborasi Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) membangun sarana pengeringan semi modern yang ramah lingkungan dan harga terjangkau dengan menggunakan teknologi turbin ventilator air kiln drier (TVAKD),” tambahnya.

Bangunan green house (GH) TVAKD ini didirikan di lokasi penjemuran kelompok tani Taruna Tani gunung Geulis desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor Sumedang. GH TVAKD ini berukuran 6 m x 5 m x 2 m, dapat menampung sekitar 5-6 kwintal jagung untuk dikeringkan.

Dedi mengatakan bahwa untuk meningkatkan nilai tambah (value aded) dari usaha pertanian jagung, disarankan para petani melakukan reorientasi pemanfaatan jagung dari target pemenuhan pakan ternak ke pemenuhan kebutuhan pangan manusia, yaitu untuk memproduksi tepung mayzena.

Ini Baca Juga :  Jaga Akses Antar Desa, Longsor di Nagarawangi Sumedang Bakal Segera Ditangani

“Harga tepung mayzena jauh lebih tinggi daripada menjual jagung pipil. Namun demikian lanjut Dedi, aspek pengeringan jagung ini sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas hasilnya. Pengembangan tanaman jagung merupakan salah satu strategi dalam rangka mengantisipasi krisis pangan di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Menurut ketua Tim PPM, Dr. Ir. Yayayat Hidayat, dari SITH ITB, PPM ini bertujuan untuk membantu para petani jagung di sekitar Gunung Geulis dalam melakukan proses mengeringkan biji jagung serta membangun satu unit sarana pengeringan buah jagung dengan menggunakan teknologi TVAKD.

“Masyarakat akan diberi pengetahuan dan keterampilan bagaimana melakukan proses pengering jagung yang baik. Kegiatan PPM ini merupakan kelanjutan dari PPM sebelumnya yaitu mengenai introduksi penanaman jagung toleran naungan,” ujarnya.

Jenis jagung yang ditanam oleh petani Gunung Geulis, umumnya adalah untuk produksi pakan ternak. Jagung tersebut setelah dipanen harus dikeringkan sampai mencapai kadar air standar. Permasalahan yang dihadapi petani adalah (1) masalah kesulitan melakukan proses pengeringan jagung untuk memproduksi jagung pipil berkualitas karena tidak meimiliki fasilitas pengeringan yang memadai; dan (2) ketidaktahuan petani mengenai teknologi/metode pengeringan biji jagung yang baik.

Ini Baca Juga :  Kampung Restorativ Justice, Jadi Solusi Pekara Hukum Tipiring di Sumedang

“Masalah penurunan kualitas jagung pipil akibat proses pengeringan yang kurang baik ini berdampak kepada penurunan harga di pasaran yang pada akhirnya petani mengalami kerugian. Selain itu, jagung pipil yang dihasilkan tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama karena kadar airnya tidah memenuhi standar. Kondisi tersebut menyebabkan petani kesulitan mengatur waktu tunda jualagar dapat menjual jagung pada saat harga sedang tinggi di pasaran,” kata Yayat.

Selain dibangunan satu unit bangunan pengering GHTVAKD, para petani juga diberikan penyuluhan mengenai teknik pengeringan biji jagung oleh Prof. Ir. Deddi Ruswandi, Ph.D.

Seperti diketahui, Tim PPM tahun ini terdiri dari Dr. Ir. Yayat Hidayat (bidang rekayasa kehutanan ITB), Dr. Alfi Rumidatul (bidang Teknologi pasca panen ITB), dan Prof. Ir. Dedi Ruswandi, Ph.D (bidang pemuliaan tanaman UNPAD).