INISUMEDANG.COM – Dinas Pariwisata Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga (disparbudpora) Kabupaten Sumedang berhasil temukan 53 Naskah Kuno, dimana 5 diantaranya telah berhasil diterjemahkan.
“Sampai saat ini, baru 53 naskah kuno yang sudah ditemukan oleh Bidang Kebudayaan. Dan 5 diantaranya telah berhasil diterjemahkan,” kata Kepala Bidang Kebudayaan pada Disparbudpora Kabupaten Sumedang. Mochamad Budi Akbar saat diwawancarai IniSumedang.com Senin 7 Maret 2022 diruang kerjanya.
Budi menuturkan, ke 53 Naskah Kuno warisan budaya tersebut. Diantaranya berisikan tentang cara bercocok tanam, pengobatan tradisional, tentang riwayat sejarah, Ilmu pengetahuan dan hitungan Waktu.
“Yang sudah di terjemahkan oleh Bidang Kebudayaan baru lima naskah. Diantaranya Wawacan Babad Sumedang, yang kedua Sajarah Rundayan Karuhun Sumedang, ketiga adalah Kitab Tatanen (Bertani), keempat Paririmbon hitungan Waktu, yang terakhir wawacan Bin Entam (kisah seorang yatim miskin yang menjadi ulama besar sampai menjadi penasehat raja),” ujar Budi
Lebih jauh Budi mengatakan, Naskah-naskah Kuno ini, umumnya menggunakan hurup Sunda, yang terdiri tujuh jenis aksara yang di pakai di tatar Sunda.
Ketujuh hurup Sunda tersebut yaitu, Aksara Sansekerta sekitar abad 1-5 dengan dua jenis aksara Pranagri dan Dewa Nagari. Aksara Kaganga yaitu aksara Sunda asli yang ditemukan pada kitab Nabawadatala milik Gus Mus yang menjadi kitab pengobatan peninggalan Aria Bimaraksa.
Sedangkan yang ke tiga, yaitu Aksara Kawi, kemudian Aksara Cacarakan Sunda. Selanjutnya Aksara Pégon, dan di teruskan ke Aksara Latin yang di pakai hingga saat ini.
“Jadi hal ini, harus menyebar sebagai ilmu pengetahuan pada anak sekolah dan generasi penerus berupa pendidikan karakter,” ucapnya.
Budi menambahkan, awal mula aksara Pégon dari Kesultanan Mataram abad ke 17. Pada masa itu, aksara Pégon merupakan alat perekam bahasa, yang berkembang di resident Van Sumedang.
Sementara, resident Van Sumedang merupakan pusat ke pemerintahan di Jawa Barat kala itu.
“Huruf aksara Pégon itu bener benar warisan leluhur Sumedang bercorak Islam pada masa itu,” tandasnya.