INISUMEDANG.COM – Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang tidak hanya terkenal dengan wisata alam Curug Sindulang dan hasil bumi berupa sayuran. Ternyata, di desa paling pelosok di Kabupaten Sumedang bagian barat ini juga terkenal dengan cerita mitos. Meski hanya dipercaya oleh orang-orang zaman dulu, namun hingga kini belum ada yang berani mengatakan itu.
Menurut sumber lisan dari Ketua Karang Taruna Desa Sindulang, Heri Anggara bahwa terbentuknya Desa Sindulang pada zaman pra sejarah memang semua orang ingin melanjutkan kehidupanya dengan bercocok tanam/bertani. Seperti diketahui, bahwa nenek moyang bangsa Indonesia selain pelaut juga merupakan petani no maden (tidak menetap berpindah-pindah).
Dengan cara berpindah-pindah mengikuti kesuburan tanah yang diolahnya merupakan cara orang waktu itu untuk melangsungkan kehidupanya.
Pada masa itu tinggalah pendahulu (sesepuh) sekeluarga bernama Nyi Mas Jembe Larang mempunyai suami bernama Embah Sara Aria Tunggal. Orang ini merupakan orang sakti yang bisa menjelma berbagai macam hewan dan dia mempunya seorang anak.
Embah Sara Aria Tunggal tidak terbiasa berada di tempat, beliau selalu berkelana mencari pemburuan. Setelah lama berkelana beliau kembali ke rumah dengan jelmaan seekor Harimau. Anaknya mengira Harimau tersebut mau memangsa ibunya, melihat keadaan seperti itu anaknya panik lalu anaknya bergegas membunuh Harimau itu yang tanpa diduga Harimau itu adalah jelmaan ayahnya sendiri. Harimau itu pun meninggal seketika.
Cindulang Berubah Nama Jadi Sindulang pada Pemerintahan Jepang
Merasa telah lama ditinggal suaminya berkelana, Nyi Mas Jembe Larang sangat merindukan dan merasa kehilangan suaminya.
Pada satu malam dia berenung di bawah terangnya bulan purnama sambil meratap dan memanggil Wulan (bulan). Seketika itu ada benda jatuh dan ternyata berupa Cinde (sapu tangan) yang akhirnya dia menyebut bahwa tempat ini diberinama Cindulang (sapu tangan yang bercahaya) yang artinya Sapu Tangan yang jatuh dari bulan atau Sapu Tangan yang bercahaya.
Namun pada zaman pemerintahan Jepang Cindulang berubah nama menjadi Sindulang karena perbedaan dialek kata bahasa Jepang.
“Yang menjadi tabu di Desa Sindulang Dusun Jambuaer adalah ketika warganya menyebut nama EMBE (kambing) bisa menimbulkan malapetaka. Contohnya hujan yang lebat disertai angin besar yang diikuti munculnya seekor Harimau penjelmaan Embah Sara Aria Tunggal,” kata Heri.
Menurut Heri, diceritakan bahwa nama EMBE dekat dengan sebutan JEMBE yang merupakan nama Nyi Mas Jembe Larang, hingga saat ini pun belum ada yang berani beternak EMBE (Kambing) di Dusun Jambuaer Desa Sindulang ini.