Sumedang – Desa Jatimekar, Kecamatan Situraja, menorehkan prestasi membanggakan dalam Festival Tari Umbul yang digelar di wilayahnya. Pada ajang seni budaya yang berlangsung meriah dengan partisipasi puluhan peserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Sumedang ini, Desa Jatimekar berhasil menyabet juara satu dan dua sekaligus dalam lomba tari umbul.
Keberhasilan tersebut menjadi bukti nyata dedikasi warga dalam melestarikan warisan budaya lokal. Ketua TP-PKK Desa Jatimekar, Dra. Hj. Ani Fitriani Wahyudin, menyampaikan apresiasi kepada para penari yang telah menunjukkan penampilan terbaik.
“Festival ini menjadi ajang bagi masyarakat untuk melestarikan dan mempromosikan seni budaya tari umbul, yang merupakan salah satu warisan budaya Sumedang,” ujarnya.
Upaya Pelestarian Budaya
Menurut Manager CO Diah Titus, kegiatan festival ini tidak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga bentuk upaya serius untuk menjaga keberlangsungan seni tari umbul. Ia berharap tradisi ini tetap eksis dan dicintai masyarakat hingga masa depan.
“Tari umbul adalah identitas Sumedang yang harus terus dipertahankan agar generasi mendatang bisa menikmati keindahan dan keunikannya,” ungkapnya.
Sejarah Tari Umbul
Tari umbul memiliki akar sejarah panjang di Kabupaten Sumedang. Tarian ini mulai berkembang pada era 1940-an di Dusun Parugpug, Desa Cijambe, Kecamatan Paseh, lalu menyebar ke wilayah Kecamatan Situraja dan sekitarnya.
Ciri khas tari umbul terlihat dari gerakan pinggul yang dinamis, kostum penari yang khas, serta iringan musik tradisional seperti kendang, terompet, dan goong. Lebih dari sekadar hiburan, tarian ini sarat makna, di antaranya ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan simbol kemampuan perempuan dalam menjaga diri melalui gerakan yang terinspirasi dari bela diri.
Prestasi yang Mengangkat Nama Desa
Keberhasilan Desa Jatimekar di Festival Tari Umbul memperlihatkan komitmen masyarakat dalam menjaga tradisi leluhur. Partisipasi aktif warga menjadi modal penting agar budaya ini tidak sekadar bertahan, tetapi juga berkembang seiring perubahan zaman.
“Tari umbul bukan hanya sekadar tarian, tetapi juga sarat nilai, filosofi, dan semangat kebersamaan,” kata Ani menegaskan.
Prestasi ganda yang diraih Desa Jatimekar juga menegaskan bahwa tradisi ini terus hidup di tengah masyarakat. Dukungan penuh dari berbagai pihak, baik perangkat desa, tokoh masyarakat, maupun kelompok seni, memperlihatkan adanya kesadaran kolektif dalam melestarikan budaya.
Ikon Budaya Sumedang
Dalam beberapa tahun terakhir, tari umbul telah menjelma menjadi salah satu ikon budaya Sumedang. Popularitasnya bahkan berhasil mencatatkan sejarah di tingkat nasional. Pada 2012 dan 2016, pagelaran tari umbul di Sumedang berhasil meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Original Rekor Indonesia (ORI) untuk jumlah penari terbanyak.
Capaian tersebut menegaskan bahwa tari umbul tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga menjadi kebanggaan di level nasional.
Momentum untuk Generasi Muda
Festival Tari Umbul diharapkan menjadi sarana edukasi sekaligus inspirasi bagi generasi muda Sumedang. Dengan terus digelarnya kompetisi dan festival, anak-anak dan remaja dapat mengenal, mempelajari, serta mencintai kembali warisan budaya daerah.
Langkah ini penting agar tari umbul tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi tetap hidup sebagai bagian dari identitas Sumedang. Melalui regenerasi, tari umbul dapat terus lestari dan bahkan mendunia.
Budaya yang Menyatukan
Selain nilai artistik, tari umbul juga memiliki peran sosial sebagai media pemersatu masyarakat. Gelaran festival yang meriah dengan partisipasi lintas kecamatan menjadi bukti bahwa budaya tradisional mampu mempererat ikatan sosial, sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas daerah.
Dengan semangat yang sama, Desa Jatimekar menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau seniman, tetapi merupakan kewajiban seluruh masyarakat.