INISUMEDANG.COM – Diduga terserang wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), seekor sapi kurban yang hendak disembelih mati mendadak dan tak jadi dikurbankan. Sapi milik Haji Darwin di Dusun Babakan Situ RW 08 Desa Cihanjuang Kecamatan Cimanggung.
Informasi yang dihimpun, Sapi seberat 1.5 kuintal itu mati mendadak sebelum disembelih untuk dijadikan hewan kurban pada, Minggu (10/7/2022) sekira jam 09.00.
“Selepas melaksanakan solat id, warga berencana memotong hewan kurban jenis sapi milik H. Darwin. Ketika itu hewan normal normal saja tak ada gejala penyakit apapun. Namun, ketika dijatuhkan untuk disembelih, diduga lehernya terjepit tambang karena mengikatnya terlalu kencang. Lalu Sapi itu meninggal,” kata Ismailudin warga sekitar.
Menurut Ismail, karena takut akan wabah penyakit PMK, selanjutnya sapi itu tak jadi dikurbankan dan dibawa ke pejagalan untuk dilelang dagingnya.
Sementara itu, menurut dokter hewan Slamet mengatakan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyerang hewan ternak berkuku belah. Hewan yang bisa terkena penyakit ini diantaranya sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, babi, unta dan beberapa jenis hewan liar seperti bison, antelope, jerapah dan gajah.
Terkait Idul Adha, katanya, jangan takut untuk berkurban. Justru kurban saat ini sangat bagus untuk membantu peternak yang sedang kesusahan karena PMK. Lalu apakah aman mengkonsumsi daging sapi/kambing?*
Kejadian Sapi Kurban Mati Mendadak, PMK Tidak Menular ke Manusia
“Jangan takut makan daging kurban. PMK hanya menyebar pada hewan. PMK tidak menular ke manusia. Jadi manusia yang mengkonsumsinya sehat-sehat saja Insyaallah. Tradisi kita juga kan memakan daging yang telah dimasak,” ujarnya.
Disaat wabah PMK seperti ini, lanjut dia, memang idealnya pemotongan hewan dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang ada dokter hewan atau yang berkompeten. Namun se Indonesia ini apakah jumlah dokter hewan sudah mencukupi untuk mengcover kegiatan kurban?
Karena tidak memungkinkan membawa seluruh hewan kurban ke RPH dan sosialiasi ke masyarakat juga kurang, maka saat yang singkat ini yang bisa dilakukan adalah mengedukasi masyarakat tentang PMK dan cara penanganan daging serta limbahnya.
“Jadi pas kurban itu kan biasanya acara kumpul bapak-bapak. Antar tetangga bertemu. Lanjutkan saja budaya dan tradisi itu. Yang harus diperhatikan adalah karena ada wabah PMK jadi lebih hati-hati dan penanganan hewan kurbannya,” paparnya.
Menurutnya, wabah PMK ini sudah kemana-mana menjangkau 22 provinsi bahkan lebih. Hewan ternak yang sehat pun bisa jadi sudah membawa virus PMK hanya saja belum terlihat gejala klinis. Virusnya juga airborne atau bisa menyebar lewat udara. Jadi penanganannya harus lebih ekstra.
“Darah, urin, feses hewan harus diperhatikan. Jangan menjadi sumber pencemaran lingkungan dan media penularan virus PMK. Jangan dibuang ke saluran air, selokan atau sungai. Limbah hewan kurbannya dikubur saja. Jangan juga mencuci peralatan yang digunakan di aliran sungai. Hal ini agar virusnya tidak menyebar ke hewan lain yang masih sehat,” tandasnya.