Berita  

Begini Kronologis Penemuan Batu Andesit Jutaan Tahun Lalu di Ganeas Sumedang

Batu Andesit Berusia Jutaan Tahun
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Kabupaten Sumedang Mohamad Budi Akbar saat menemukan batu andesit yang diduga berusia jutaan tahun.

INISUMEDANG.COM – Penemuan batu Andesit yang sudah berusia jutaan tahun lalu merupakan satu kebanggan karena terbukti Kabupaten Sumedang kaya akan benda benda purba, fosil dan situs.

Penemuan batu Andesit kali ini, memiliki pengalaman unik sekaligus menyenangkan bagi tim Arkeologi, Bidang Kebudayaan serta masyarakat sekitar. Yang senantiasa dengan sukarela membantu membersihkan tempat disekitarnya.

“Awal mula penemuan batu Andesit itu, berawal dari Citembong Girang yang berada di Kabuyutan Désa Ganeas Kecamatan Ganeas yang diusulkan untuk menjadi warisan situs Cagar Budaya. Untuk itu, Bidang Kebudayaan mengundang tim ahli Cagar Budaya sebanyak 5 orang yang sebagai leadernya adalah Doktor Lutfi”. Kata Mohamad Budi Akbar Kepala Bidang Kebudayaan pada Disparbudpora Sumedang beberapa waktu yang lalu di ruang kerjanya.

Ini Baca Juga :  Seram! Begini Cerita Dibalik Larangan Menabuh Gong di Desa Sukaluyu Sumedang

Pada saat penelitian, lanjut Budi, Cagar Budaya Citembong Girang Kabuyutan sendiri diindikasikan sebagai cikal bakal Kerajaan Sumedang awal, sebelum ke Darmaraja Kerajaan Tembong Agung.

Bahkan, kata Budi, ada salah satu masyarakat yang menyampaikan. Bahwa sekitar 1 km di lokasi Citembong Girang ditemukan ada batu semacam tugu.

“Dari informasi masyarakat, bahwa ada batu semacam tugu yang lokasinya hanya 1 km. Maka, oleh pihak kami diminta bukti fotonya terlebih dahulu untuk dikonsultasikan kepada tim ahli. Setelah masyarakat mengirimkan foto batu itu. Maka oleh kami langsung di konsultasikan dan menurut ahli bahwa batu itu diduga Menhir,” tutur Budi.

Pengertian Menhir

Menhir sendiri, sambung Budi, berasal dari bahasa Keltik, yang memiliki arti men adalah batu, dan hir yang berarti panjang. Sehingga arti dari menhir adalah batu panjang yang merupakan benda peninggalan zaman Megalitikum ini dapat berupa batu tunggal (monolith) atau berupa sekelompok batu yang diletakkan sejajar di atas tanah.

Ini Baca Juga :  Pasca Banjir Bandang, Obyek Wisata di Aliran Sungai di Sumedang Ditutup Sementara

“Menhir pada jaman dahulu kala, biasanya dipakai untuk tempat peribadatan. Setelah penemuan diduga Menhir, maka, kami mengkoordinasikan dengan masyarakat bahwa Menhir itu tidak mungkin berdiri sendiri, pastinya ada rangkaian stuktur penunjang lainnya,” jelasnya.

Terbukti, ungkap Budi, setelah wilayah di sekitar penemuan Menhir itu dibersihkan. Tampaklah penemuan batu yang lainnya Punden Berundak, dan tugu Menhir tersebut menjadi puncak atau mahkotanya.

“Hasil penemuan batu yang lainnya itu, kemudian dikonsultasikan kembali ke tim ahli Arkéologi DR. Lutfi, dan ternyata diperkirakan batu tersebut tergolong Batu Andesit. Berasal dari lahar gunung berapi yang sudah mengeras berusia jutaan tahun lalu. Menjadi bukti sejarah bahwa ada kehidupan pada jamannya,” ungkapnya.

Ini Baca Juga :  Antisipasi Kecelakaan, Satpol PP Sterilisasi Area Landing Paralayang di Pesisir Waduk Jatigede Sumedang

Budi menambahkan, menurut tim ahli bahwa ada dua kemungkinan, apakah pada jaman dulunya di wilayah Ganeas tersebut ada gunung berapi. Atau Batu tersebut mengambil dari luar lalu dipergunakan di wilayah Ganeas pada jaman dulu.

“Maka atas penemuan batu Menhir dan Batu Andesit ada di wilayah Ganeas tersebut perlu digali dan diteliti, serta melibatkan beberapa disiplin ilmu. Dengan tujuan untuk membuktikan betul tidak stuktur itu bekas Peradaban manusia dan dimanfaatkan untuk kegiatan ritual pada jamannya. Jadi darimana batu tersebut, apakah dulunya diwilayah Tembong Agung atau disekitaran ada gunung berapi. Maka hal ini yang akan kami kaji lagi lebih dalam,” tandasnya.