INISUMEDANG.COM – Sejarah perkembangan islam di Nusantara khususnya Pulau Jawa tak lepas dari peran para waliyuloh dalam menyebarkan agama islam. Di indonesia, para waliyuloh itu dikenal dengan sebutan wali songo atau wali sembilan.
Ternyata, para wali songo itu keturunan Nabi Muhammad SAW dari Fatimah Azahro putri Nabi Muhammad SAW dari istrinya Siti Khodizah.
Keturunan Fatimah ra ke-19 adalah Syekh Jumadil Kubro (dari Samarkand, Uzbekistan). Jumadil Kubro memiliki 5 anak, dan yang kemudian menurunkan para wali nusantara, yaitu: 1. Maulana Nuruddin, yang memiliki cucu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon, 2. Zainul Barokat, yang memiliki anak Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). 3. Maulana Ishaq, yang memiliki anak Raden Paku (Sunan Giri – Gresik). 4. Ibrahim Assmarqondi, yang memiliki anak Ali Rahmatullah (Sunan Ampel Surabaya) dan Ali Murtadlo. Sunan Ampel memiliki anak Raden Qasim (Sunan Drajat – Lamongan) dan Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang – Rembang).
Ali Murtadlo memiliki anak Usman Haji (Sunan Ngudung – Demak). Sunan Ngudung memiliki anak Ja’far Shodiq (Sunan Kudus).
Menurut informasi dari website NU.or.id Tahun 1399, Syekh Jumadil Kubro dan kedua anaknya, Ibrahim Assmarqondi dan Maulana Ishaq datang ke pulau Jawa.
Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Kubro ke makasar. Syeikh Maulana Ishaq pergi ke Aceh dan mengislamkan Samudra Pasai, Ibrahim Assmarqondi berasal dari ke kerajaan Jeumpa di Bireun Aceh.
Sunan Ampel Berdakwah Islam di Pulau Jawa Pada Abad 14
Dakwah Islam di pulau Jawa pada abad 14 dimulai oleh Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) bersama saudaranya Ali Murtadlo dan ayahnya Ibrahim Assmarqondi. Selanjutnya diikuti keponakannya, Usman Haji (Sunan Ngudung).
Berikutnya dakwah Sunan Ampel dibantu oleh anak-anaknya, Raden Qasim (Sunan Drajat – Lamongan) dan Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) serta cucu saudaranya, Ja’far Shodiq (Sunan Kudus).
“Yang berikutnya datang adalah Syarif Hidayatullah dari pasai Aceh (saudara sebuyut), setelah menimba ilmu di Mesir dan Mekah. Dia kemudian menetap di Gunung Jati – Cirebon. Kedalaman ilmu agama Sunan Gunung Jati ini membuat saudara²nya (Sunan Bonang, Sunan Derajat & Sunan Kudus) datang untuk berguru padanya setelah ayahanda mereka Sunan Ampel wafat,” kata sumber tersebut.
Sementara ada versi berbeda tentang silsilah Sunan Kalijaga (Raden Mas Said). Dari catatan Babad Tuban, menyebutkan bawa beliau keturunan bangsawan Jawa dari Wengker (Ponorogo-Madiun). Pendapat lainnya dari Van Den Berg (penasehat Kolonial Belanda) yang menyebutkan beliau adalah keturunan dari Sayyidina Abbas (paman Rasulullah SAW).
Raden Umar Said (Sunan Muria-Kudus) adalah putra Sunan Kalijaga dari isterinya Dewi Sarah, putri Maulana Ishaq sehingga tersambung secara nasab juga ke Rasulullah SAW dari jalur ibu. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar Sunan Kudus.
Tokoh ulama lainnya adalah Raden Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar / Sunan Jepara) yang hingga kini sejarah nya di pelintirkan karena kepentingan politik adu domba.
Sebagai catatan, sebutan Sunan berasal dari kata “susuhunan” yang berarti junjungan, orang yang dihormati dan mendapat derajat setingkat bangsawan.