SUMEDANG – Program bantuan ternak domba yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) membawa perubahan besar bagi para petani tembakau di Kecamatan Jatigede dan Tomo. Selain menopang budidaya tembakau, keberadaan domba dinilai menjadi sumber pemasukan baru yang membuat ekonomi petani lebih stabil.
Ketua Kelompok Tani Tembakau Cibeusi, Desa Darmawangi, Kecamatan Tomo, Dedi, mengungkapkan bahwa domba yang diterima kelompoknya kini berkembang pesat.
“Awalnya kami hanya menerima belasan. Alhamdulillah sekarang sudah jadi puluhan. Ini sangat membantu, terutama saat tidak sedang musim tanam tembakau,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Kelompok Tani Tembakau Sri Mandiri, Desa Cisampih, Kecamatan Jatigede, Anung. Menurutnya, kehadiran domba memberikan rasa aman karena petani tidak lagi sepenuhnya bergantung pada hasil panen yang fluktuatif.
“Panen tembakau sangat dipengaruhi cuaca. Kalau hasil kurang bagus, kami kesulitan. Dengan adanya domba, kami punya tabungan hidup. Jika ada kebutuhan mendesak, kami bisa menjual hasil pengembangbiakannya,” katanya.
Sementara itu, Ketua UPTD Perikanan dan Peternakan Wilayah Tomo, Ujungjaya, dan Jatigede, Dedi Darmawan, S.Pt., menjelaskan bahwa pemilihan domba sebagai jenis bantuan telah melalui pembahasan antara Dinas Perikanan dan Peternakan Sumedang serta Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI).
“Domba dipilih karena harganya relatif terjangkau sehingga lebih banyak petani bisa mendapatkan manfaat. Semakin banyak penerima, semakin besar dampak pemberdayaannya,” terangnya.
Dedi menuturkan, domba memiliki siklus reproduksi cepat. Dalam dua tahun, seekor indukan dapat berkembang biak hingga tiga kali.
“Kalau populasinya bertambah, otomatis pendapatan petani juga ikut meningkat. Mereka tidak hanya mengandalkan tembakau saja,” kata Dedi.
Selain menjadi sumber pendapatan, kata Dedi keberadaan domba juga berdampak langsung pada kualitas tanaman tembakau. Kotoran domba dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesuburan lahan.
“Pupuk organik dari kotoran domba membuat kualitas daun tembakau lebih baik dibanding hanya memakai pupuk kimia,” tuturnya.
Dengan begitu, lanjut Dedi, petani kini menjalankan dua aktivitas produktif sekaligus: merawat tanaman tembakau dan memelihara domba, yang keduanya saling menguatkan.
“Dua sektor ini saling mendukung. Petani mendapat nilai tambah dari ternak, dan kualitas tembakau juga meningkat,” ucapnya.
Program bantuan domba melalui anggaran DBHCHT ini diharapkan terus berlanjut, mengingat manfaat nyatanya dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi petani tembakau di Tomo dan Jatigede.






