Asymmetric Politics, Warfare :  “Prahara, Politisi, Penyelenggara, Dan Etika Politik dalam Pesta Demokrasi 2024”

Assymmetric Politic
Ridwan Marwansyah Koordinator Koalisi Mahasiswa Sumedang

Dalam konsep Asymmetric momentum atau timing adalah hal yang sangat penting, karena ketepatan waktu menyerang atau menarik ulur momen merupakan strategi yang perlu di perhatikan untuk mencapai keberhasilan yang di ikhtiarkan. Seperti contoh kita lihat ketua umum partai Nasdem Surya Paloh yang tidak terburu-buru menentukan bakal calon wakil Presiden yang mendampingi Anies Baswedan. Alih-alih dengan keinginan untuk mendorong calon dari Nahdlatul Ulama untuk strategi mengambil suara dari Jawa Tengah dan Jawa Timur : ”Ibarat pertandingan sepak bola Internasional seperti piala Dunia yang kawan-kawan ikuti, dua menit terakhir, bisa berubah semuanya, Nasdem juga belajar itu, jadi pengumuman Cawapres Anies bukan karena koalisi tidak solid”. Sehingga dalam hal tersebut Surya Paloh sudah memakai pola Asymmetric Politic dengan tidak langsung mengambil keputusan. Keinginan partai Demokrat untuk mendorong Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi bacawapres mendampingi Anies Baswedan. Sehingga momentum yang tepat merupakan hal yang penting, perlu perhitungan dalam mengambil sikap dan keputusan.

Ini Baca Juga :  Belajar Dari Pangeran Kornel

Melihat titik beda dari nama serta momentum penentuan bakal calon wakil presiden, Partai Demokrat yang kala itu mendorong AHY untuk menjadi bacawapres. Tentunya punya narasi untuk lebih meyakinkan koalisi dengan menyatakan harus memenangkan seluruh Indonesia bukan sekedar Jatim dan Jateng. Serta mendongkrak elektabilitas Anies yang masih di posisi tiga. Namun pada akhirnya yang terjadi bukanlah pasangan Anies dan AHY lah yang terwujud. Melainkan pada Sabtu 2 September 2023 di Surabaya deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) lah yang terwujud. Banyak yang mengatakan ini merupakan duet pasangan dari HMI X PMII, namun tidak terlalu penting juga untuk di besar-besarkan. Karena hal semacam itu hanya akan menjadi masalah yang kecil namun kompleks diantara keduanya. Sehingga seringkali timbul narasi like or dislike di kalangan kader organisasi eksternal mahasiswa.

Seharusnya AHY sudah mengetahui juga membaca hal tersebut akan terjadi dan banting stir untuk mencari rekan koalisi baru. Di sisi lain Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat seharusnya melihat hal tersebut bukan suatu yang asing dalam politik. Namun SBY menilai manuver dari Nasdem mengejutkan dan tidak di sangka. Mengingat keduanya sendiri punya backround militer yang sudah tidak asing dengan konsep strategi Asimetris dalam perang. Dalam Dunia militer pastinya sudah tidak asing dengan Konsep Asymmetric Warfare yang merupakan strategi perang yang tidak hanya mengandalkan kekuatan kuantitas tentara dalam perang senjata. Melainkan ada hal yang harus di perhatikan. Seperti momentum serang, bertahan, memanfaatkan medan tempur, dengan perang budaya, ekonomi dan politik tentunya.

Ini Baca Juga :  Sensei, Joeragan Goeroe

Akan tetapi dalam konferensi pers yang diadakan Jumat, 1 September 2023 di Cikeas, Bogor. SBY mengatakan ”Saya mengetahui kader di lapangan sangat emosional, mungkin di antara kita tidak bisa menahan perasaan. Oleh karena itu, mengawali sidang majelis tinggi yang kita laksanakan hari ini akan di sampaikan kembali press release untuk kita dengarkan. Bayangkan kalau kita di tinggalkan satu-dua hari sebelum batas pendaftaran di KPU, bayangkan seperti apa kita. Kita masih di tolong Allah. Kita di selamatkan oleh sejarah. Hal tersebut merupakan langkah bijak, kontemplasi yang di sampaikan SBY untuk bisa membuat kader partai Demokrat menjadi bisa mengontrol secara emosional. Sederhananya itu merupakan kata-kata penenang untuk kader partai. Hal yang sangat memungkinkan bahwa SBY pun sudah mengetahui daripada resiko yang harus di ambil menyikapi prahara yang terjadi antara partai Demokrat dengan Koalisi dan Partai Nasdem.

Ini Baca Juga :  Menjadi Pendidik Profesional di Era Digitalisasi

Sekali lagi, momentum, keadaan, ketepatan merupakan suatu yang penting dalam strategi politik. Namun etika dalam berpolitik harus juga punya nilai atau value yang menjunjung tinggi nilai daripada adab. Agar politik dapat menjadi konsumsi publik yang bisa di pandang sehat di semua kalangan. Sehingga tidak ada lagi yang punya alergi terhadap politik.

Penulis Ridwan Marwansyah, Koordinator Koalisi Mahasiswa Sumedang, Isi dari tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis