Ketidaktahuan Beberapa Tokoh Menganut Paham Radikalisme
“Ketidaktahuan para praja kepada beberapa tokoh yang disinyalir menganut paham-paham tertentu. Menjadi intropeksi kami khususnya bagian yang mengendalikan mahasiswa/praja untuk lebih berhati-hati. Saya pastikan sekali lagi bahwa IPDN steril dari paham-paham radikalisme,” ujarnya.
Untuk memperkuat itu, pihaknya menghadirkan Yenny Wahid, AKBP Mayndra Eka, Bapak Sofyan dan Islah Bahrawi. Untuk memperluas pemahaman praja terkait hal tersebut. Semoga setelah ini, praja tahu mana yang benar-benar harus dijauhi dan mana yang harus dibela.
Hadi juga kembali menegaskan bahwa IPDN adalah pendidikan kepamongprajaan yang dilandasi oleh jiwa pancasila, cinta NKRI dan mengedepankan nilai-nilai kebangsaaan. Serta mampu menghadapi radikalisme dan selalu menjaga kerukunan.
“Jadi IPDN dipastikan tidak mengikuti atau mengajarkan aliran atau paham yang radikal. Di IPDN tidak benar ada pengajian yang beraliran wahabi atau paham-paham menyimpang lainnya. Kalau sudah lulus jadi ASN itu bukan tanggung jawab IPDN lagi. Karena mereka akan menghadapi kompleksitas dan tekanan kehidupan yang berlainan”, ujarnya.
Pada kesempatan ini Yenny Wahid menyampaikan perbedaan terkait radikalisme dan intoleransi. Menurutnya definisi intoleransi dan radikalisme itu harus jelas, intoleransi adalah sikap dan tindakan yang bertujuan menghambat atau menentang hak-hak kewarganegaraan yang dijamin konstitusi. Intoleransi ini bisa terjadi terhadap orang yang berbeda agama, maupun satu agama. Sedangkan radikalisme adalah partisipasi atau kesediaan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang melibatkan kekerasan atas nama agama, etnis maupun politik.