SUMEDANG – Pemerintah Kabupaten Sumedang kembali menorehkan pencapaian positif dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data Sigizi Kesga per 30 September 2025, angka prevalensi stunting balita (usia 0–59 bulan) di Kabupaten Sumedang tercatat turun menjadi 6,74%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan ini menjadi bukti nyata keberhasilan Pemkab Sumedang dalam melaksanakan aksi konvergensi stunting berbasis data, yang selama ini menjadi indikator penting dalam mendukung misi pembangunan sumber daya manusia yang agamis dan berkarakter.
“Capaian ini adalah hasil dari pelaksanaan intervensi yang terintegrasi, tepat sasaran, dan didasarkan pada data yang valid,” kata Kepala Dinas Kesehatan Dikdik Sadikin pada Rakor Publikasi Data Stunting 2025 yang dilaksanakan di Aula Tadjimalela BAPPERINDA Sumedang, Selasa 21 Oktober 2025.
Dikdik menuturkan, tingginya kualitas dan cakupan data menjadi fondasi utama dari penurunan stunting ini. Melalui kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang dilaksanakan setiap bulan Agustus, Kabupaten Sumedang berhasil mencapai cakupan pengukuran balita sebesar 99,61% dari total sasaran sebanyak 68.873 anak. Sebanyak 68.605 balita berhasil diukur dengan standar pengukuran dari Kementerian Kesehatan, meliputi pengukur terlatih, alat ukur terstandar, SOP pengukuran, hingga validasi data.
“Data yang dihasilkan bersifat by name by address, sehingga memudahkan pemerintah dalam melakukan intervensi yang lebih akurat dan personal,” ungkapnya.
Selain balita, kata Dikdik, angka stunting pada baduta (bayi di bawah dua tahun) juga menunjukkan tren membaik. Tahun 2025, prevalensi stunting baduta tercatat sebesar 4,26%, turun dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 5,0%.
Namun demikian, lanjut Dikdik,
beberapa wilayah masih menjadi perhatian. Kecamatan Jatigede (10,92%) dan Ujungjaya (9,36%) menjadi dua kecamatan dengan angka stunting balita tertinggi. Sementara itu, Kecamatan Wado tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi terendah, yakni 3,13%.
“Tapi ada juga lima kecamatan yang mengalami kenaikan angka stunting dibandingkan tahun lalu antara lain, Sukasari, Cisitu, Darmaraja, Paseh, dan Buahdua. Sedangkan, beberapa kecamatan seperti Cimanggung, Situraja, dan Tomo menunjukkan perbaikan signifikan dengan penurunan angka stunting,” ucapnya.
Dikdik mengaku, bila Dinas Kesehatan melalui UPTD Puskesmas telah melakukan berbagai tindakan terhadap balita yang teridentifikasi mengalami stunting. Seperti, melakukan Edukasi atau konseling kepada orang tua (99,82%), pelaporan ke puskesmas (98,95%), kunjungan ulang (78,67%), pemantauan perkembangan menggunakan KPSP (56,27%). Serta rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan (3,77%)
“Dengan upaya ini menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan tidak hanya mengandalkan data, tetapi juga respons cepat dan dukungan layanan kesehatan yang terintegrasi,” tuturnya.
Adapun hasil analisis Dinas Kesehatan, lanjut Dikdik, mengungkap sejumlah faktor determinan yang memengaruhi angka stunting di Sumedang pada tahun 2025. Antar lain, merokok di dalam rumah (89,70%), tidak memiliki JKN/BPJS (44,94%),
riwayat ibu hamil KEK (10,41%),
tidak melakukan imunisasi (3,38%), penyakit penyerta (2,24%), cacingan (1,23%), tidak memiliki jamban sehat (1,08%) dan tidak memiliki akses air bersih (0,84%).
“Dengan fakta ini menunjukkan bahwa meskipun angka stunting sudah menurun, pendekatan pencegahan masih perlu ditingkatkan, terutama melalui edukasi gaya hidup sehat, sanitasi lingkungan, dan pemerataan jaminan kesehatan,” ucapnya.
Dikdik menambahkan, keberhasilan Kabupaten Sumedang menurunkan angka stunting menjadi 6,74% tidak hanya prestasi, melainkan juga bentuk komitmen kuat daerah dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
“Dengan cakupan pengukuran yang nyaris sempurna, intervensi yang cepat, serta berbasis data akurat, Sumedang telah menempatkan diri sebagai salah satu daerah dengan penanganan stunting terbaik di Indonesia,” kata Dikdik.
“Kami akan terus berinovasi dan memperkuat kolaborasi lintas sektor agar tidak hanya menurunkan angka, tetapi juga memutus rantai stunting secara permanen,” pungkasnya.